Mari kita jabarkan arti fesyen terlebih dahulu. Secara sederhana arti fesyen adalah penampilan yang meliputi aksesoris, tas, sepatu, tata rias, gaya rambut dan yang paling utama: pakaian. Kembali kepada fungsi pakaian sebagai kebutuhan primer manusia dalam kategori “sandang”. Tak peduli apakah kamu seorang fashionista atau bukan, pakaian akan selalu menjadi kebutuhan utama. Fesyen berkelanjutan sudah harus menjadi tanggung jawab kita semua, bukan hanya ahli lingkungan, perancang busana, si kaya atau si miskin, tapi seluruh umat manusia. Penikmat fesyen atau bukan, sudah saatnya konsep fesyen berkelanjutan diimplementasikan dalam setiap lapisan kehidupan.
“Fesyen berkelanjutan adalah praktik dalam fesyen yang mengedepankan nilai-nilai dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya lingkungan dan kemanusiaan. Bagaimana agar fesyen apapun bentuknya mulai dari gaya hidup pribadi hingga ranah bisnis selayaknya memakmurkan dan meninggalkan kerugian seminim mungkin.”
Tujuan dari fesyen berkelanjutan adalah untuk menyatukan berbagai kalangan di industri fesyen: perancang, produsen, distributor, hingga konsumen (pemakai) untuk bekerja sama demi mengubah cara suatu item fesyen bersumber, diproduksi, dan dikonsumsi ke arah yang lebih baik.
FOKUS PADA PAKAIAN
Kenapa? Karena pakaian adalah salah satu penyumbang polusi terbesar pada lingkungan. 10% emisi karbondioksida global dihasilkan oleh industri fesyen, sedangkan industri aviasi (penerbangan) menghasilkan 2%. Pencemaran air, perubahan iklim, dan sederet isu lingkungan lainnya. Belum lagi isu-isu kemanusiaan seperti upah buruh pekerja dibawah standar atau eksploitasi anak. Hal ini erat hubungannya dengan fesyen cepat (fast fashion).
Pada praktiknya tidak ada fesyen yang 100% berkelanjutan. Alasan sederhananya karena memiliki pakaian artinya harus mencucinya juga. Sebagian besar pakaian yang beredar dipasaran berbahan dasar plastik. Dimana mencuci pakaian dapat melepaskan serat mikro (microfibers). Artinya serat mikro plastik tersebut mengalir di air hingga berakhir ke sungai dan lautan. Tentunya hal ini membahayakan ekosistem yang berada didalamnya. Contohnya serat mikro termakan oleh ikan dan ikan dijadikan bahan pangan manusia. Ya, manusia secara tidak langsung sebenarnya mengkonsumsi plastik.
Walau tidak bisa 100%, ada banyak cara bagi kita semua untuk belajar fesyen berkelanjutan dan mengimplementasikannya semaksimal dan semampu yang kita bisa.
2 PERSPEKTIF
Sisi konsumen:
Setiap individu secara sadar membeli, memakai (mengkonsumsi), memiliki pakaian yang sesuai dengan nilai fesyen berkelanjutan. Mengetahui nilai mana yang diri kita dukung, selalu ada dampak positif maupun negatif bagi keberlangsungan lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap pilihan kita dalam berpakaian.
Kuncinya ada ditanganmu. Jadilah konsumen yang bijak!
Sisi produsen (pemilik merek, pelaku industri, pebisnis):
Memproduksi pakaian dengan memperhatikan dampak bagi lingkungan dan kemanusiaan, tujuan utamanya adalah agar dalam proses produksi jejak karbon yang dihasilkan dapat ditekan seminim mungkin.
IMPLEMENTASI
Fesyen berkelanjutan dapat dimulai dengan langkah-langkah sederhana berikut:
- Merawat pakaian yang sudah dimiliki. Ini merupakan hal paling mendasar dan sederhana. Menjaga pakaian agar berumur panjang adalah pilihan hidup berkelanjutan yang utama. The most sustainable item is the one you already own.
- Membeli baju baru adalah pilihan terakhir. Terapkan Hirarki Pembelian Kebutuhan sebelum memutuskan membeli pakaian baru. Seringkali kita menginginkan memiliki pakaian baru untuk mengikuti tren yang berkembang. Padahal ada banyak cara pakaian baru dapat dimiliki tanpa harus membelinya. Urutannya adalah memakai pakaian yang sudah ada, pinjam, tukar, sewa, beli bekas, buat, dan beli.
- Investasi pada pakaian yang berkualitas baik. Berkualitas baik disini tidak hanya dari segi ketahanan bahan pakaian namun juga tingkat kenyamanan yang diberikan. Pada umumnya pakaian yang dijual dengan harga yang terlampau murah terbuat dari bahan yang kurang nyaman bagi tubuh dengan bahan dan kualitas jahit rendah sehingga cepat rusak. Ada harga ada rupa!
- “Siapa yang membuat pakaianku?” Who Made My Clothes? Kampanye global Fashion Revolution yang dilatarbelakangi oleh runtuhnya Rana Plaza (sebuah gedung di Bangladesh dimana pekerja garmen menjahit pakaian dari berbagai merek fesyen cepat) di tahun 2013 yang memakan lebih dari 1000 korban jiwa dan 2500 korban luka-luka.
Dengan peduli untuk mengetahui siapa yang membuat pakaian kita, melatih kita untuk lebih peka terhadap isu kemanusiaan. Sudahkah pekerja yang membuat pakaian kita dibayar dengan upah yang layak? Lingkungan kerja yang aman dan nyaman? Sudahkah kita turut andil dalam mensejahterakan mereka?
- Memilih bahan pakaian alami. Memilih bahan pakaian alami seperti katun dan linen, daripada bahan sintetis seperti nilon dan spandeks yang berbahan dasar plastik. Hal ini erat pada proses pemakaian saat mencuci baju dimana adanya pelepasan serat mikro ke sungai atau lautan yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia.
- Tipe merek. Jika harus membeli pakaian baru, alangkah baiknya jika membeli dari merek fesyen lambat (slow fashion) yang didasarkan atas produksi dan pemakaian pakaian dengan rentang waktu yang lama, daya tahan dan kualitas yang tinggi, proses produksi yang beretika serta ramah lingkungan. Tidak berfokus pada kecepatan produksi massal layaknya fesyen cepat. Dalam fesyen lambat, prioritas adalah kualitas, bukan kuantitas.
Bagaimana? Sudah mulai ada gambaran untuk mulai mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil dalam pakaian yang kita punya? Agar tau lebih lengkap mengenai seberapa banyak jejak karbon yang kamu hasilkan hanya dari “berpakaian” coba cek di Kalkulator Jejak Karbon Fesyen ini atau klik bit.ly/jejakkarbonbajusaya.