30 days zero waste challenge adalah tantangan yang membantu kita berproses, ini menjadi langkah awal untuk memulai gaya hidup yang lebih sadar lingkungan, belajar hidup lebih sehat, hemat dan lebih sederhana.
Gaya hidup ini akan memberi banyak pelajaran bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Membuat kita lebih mengenal karakter dan juga kebutuhan kita.
Dengan memiliki mindset baru, kita tidak akan pernah melihat produk-produk dalam kemasan dengan cara yang sama.
Kita akan mempertanyakan mengapa kita melakukan yang kita lakukan? Mengapa kita membeli yang kita beli? Dan bagaimana sebuah benda dapat hadir di rak toko dan mau diapakan nantinya.
Gaya Hidup Zero Waste bukanlah tujuan, namun “proses”.
Ajak teman kalian untuk berproses bersama. Gunakan hashtag di sosial media #zerowasteid31days
Are you ready?
The Challenges:
Trash Audit – Day 1 of the Zero Waste Challenge
Assemble a Zero Waste Kit – Day 2 of the Zero Waste Challenge
Buy Nothing New – Day 3 of the Zero Waste Challenge
Say No To Plastic Straw – Day 4 of the Zero Waste Challenge
Bring Grocery Bag Everywhere – Day 5 of the Zero Waste Challenge
Bring Reusable Bottle – Day 6 of the Zero Waste Challenge
Declutter Your Home – Day 7 of the Zero Waste Challenge
Separate Your Clutter – Day 8 of the Zero Waste Challenge
Search and Distribute to Bank Sampah – Day 9 of the Zero Waste Challenge
Unplug Unused Electricity – Day 10 of the Zero Waste Challenge
Change to Bamboo Toothbrush – Day 11 of the Zero Waste Challenge
Change to Shampoo / Soap Bar – Day 12 of the Zero Waste Challenge
DIY Bathroom Stuff – Day 13 of the Zero Waste Challenge
DIY Cleaner – Day 14 of the Zero Waste Challenge
Repair of Damaged Goods – Day 15 of the Zero Waste Challenge
Bring Your Own Container – Day 16 of the Zero Waste Challenge
Finish Your Food – Day 17 of the Zero Waste Challenge
Plan Your Food and Meal Prep – Day 18 of the Zero Waste Challenge
Use Cloth Napkin or Handkerchief – Day 19 of the Zero Waste Challenge
Zero Waste Groceries – Day 20 of the Zero Waste Challenge
Pack Your Lunch – Day 21 of the Zero Waste Challenge
Compost – Day 22 of the Zero Waste Challenge
Switch to Mens Pad or Mens cup – Day 23 of the Zero Waste Challenge
Ask Yourself 5 Times if You Need to Buy Something – Day 24 of the Zero Waste Challenge
Refuse what You Don’t Need – Day 25 of the Zero Waste Challenge
Tell People Something About Climate Problem – Day 26 of the Zero Waste Challenge
Invite Someone to Join the Crowd – Day 27 of the Zero Waste Challenge
Check Your Wardrobe- Day 28 of the Zero Waste Challenge
Take Out What’s Not Used – Day 29 of the Zero Waste Challenge
Donate or Keep for Future – Day 30 of the Zero Waste Challenge
Day 1 – Trash Audit / Cek Sampah Kalian
Untuk mengurangi sampah, challege pertama yang perlu dilakukan yaitu mengetahui sampah apa yang kita hasilkan. Misalnya bagi kalian yang suka berbelanja minuman kaleng, dalam 1 hari kalian menghasilkan 2 botol kaleng. Atau suka menggunakan banyak tisu yang membuat banyak tumpukan tisu di tempat sampah.
Salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi sampah-sampah tersebut adalah dengan mengaudit sampah (cek sampah kalian).
Why?
Dengan mengetahui sampah yang kita hasilkan, kita dapat lebih tahu dan menilai hal-hal apa yang benar-benar harus kita konsumsi dan mencari alternatif tanpa sampah.
How?
- Ambil note dan catat semua sampah yang ada di tempat sampah kamu.
- Cek sampah yang paling banyak dan paling sedikit ditemukan di tempat sampah.
- Cari cara alternatif untuk memilah dan mengolah sampah tersebut, misalnya sampah tisu bisa diganti dengan menggunakan sapu tangan sebagai alternatifnya, atau wadah-wadah tester, maka tolaklah jika ditawari di mall karena belum tentu berguna dan akhirnya menjadi tumpukan/expired.
- Mulai sedikit-sedikit dari hal-hal kecil.
Day 2 – Buat Zero Waste Kit
Zero Waste Kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mempermudah kita dalam hidup minim sampah.
Nah apa saja yang harus ada pada kit? Atau peralatan apa yang perlu dibawa ketika ingin beraktivitas sepanjang hari?
- Kotak makan untuk belanja makan.
- Tumbler untuk minum.
- Tas belanja untuk berbelanja.
- sapu tangan untuk ngelap.
- sendok garpu atau sedotan jika dibutuhkan.
Untuk beberapa peralatan diatas, kalian tidak perlu beli yang baru. Gunakan saja peralatan yang sudah kalian punya di rumah. Tidak perlu juga membawa semua peralatan tersebut, tergantung kebutuhan dan karakter kalian sehari-hari, misalkan kalian suka ngopi bisa ditambah dengan membawa reusable cup.
Why?
Dengan selalu membawa peralatan kit ini, artinya kalian sudah mengurangi potensi sampah sekali pakai yang terbuang begitu saja.
How?
- Sediakan peralatan kit yang mungkin akan kamu butuhkan.
- Biasakan diri untuk terus membawa peralatan kit sebelum memulai aktifitas.
- Jika berbelanja, gunakan peralatan kit kalian sesuai fungsinya. Misalnya berbelanja sayur maka manfaatkan tas belanja yang sudah dibawa, jangan menggunakan kantong plastik.
Day 3 – Tidak Membeli Barang Baru
Membeli barang baru merupakan salah satu kebiasaan buruk banyak orang yang dapat menyebabkan meningkatkan jumlah sampah. Sehingga dengan tidak selalu memberi barang yang baru, kita sudah meminimalisir jumlah sampah.
Selain itu, dengan tidak membeli barang baru akan membuat semakin hemat dan hidup kita juga semakin lebih bermakna dengan hanya benda esensial saja.
Why?
- Dengan sedikit membeli barang baru, semakin sedikit resiko sampah yang dihasilkan.
- Semakin sedikit beli barang baru, semakin sedikit produksi barang dan semakin sedikit pula jejak karbon yang dibuat.
- Semakin sedikit membeli barang baru, jejak karbon yang digunakan untuk mengirim barang juga akan semakin sedikit.
- Semakin sedikit membeli barang baru, semakin simple dan berkualitas.
How?
- Gunakan barang yang sudah kamu punya sebelumnya.
- Meminjam juga menjadi opsi tepat jika memungkinkan untuk dilakukan.
- Tukar barang yang kalian punya dengan barang orang lain.
- Beli barang preloved untuk lebih hemat.
- Buat sendiri barang yang kalian butuhkan.
- Dan opsi terakhir jika harus membeli barang baru, buy less choose well make it fast. Gunakan cara berpikir kritis sebelum membeli barang baru.
Day 4 – Katakan Tidak Pada Sedotan Plastik
Sedotan plastik adalah suatu penemuan baru, berabad-abad yang lalu bangsa Sumerian menggunakan tabung silindris berongga untuk mencapai cairan bir di bawah fermentasi yang mereka buat di galon yang sangat besar. Kemudian berkembang menjadi sedotan kertas yang melekuk yg sangat membantu untuk digunakan di rumah sakit agar pasien dapat minum sambil tiduran.
Kemudian mulai berkembang dengan bahan plastik yang bisa diproduksi dengan cepat, mudah dan menjadi tidak ada harganya.Tanpa kita sadari ini mengancam bumi karena sedotan plastik membutuhkan waktu urai yang lama.
Nah, jangan berpikir bahwa berkata tidak pada sedotan plastik itu sia-sia karena “it’s only one plastic straw, say 8 billion people”.
Why?
- Sedotan plastik bisa berakhir di lautan.
- Sedotan plastik mengancam nyawa dan kehidupan biota laut.
- Diestimasikan jika kita tidak mengubah pola hidup kita, di tahun 2050 akan lebih banyak plastik daripada ikan
- Mudah sekali dieliminasi dari kehidupan kita karena pada hakikatnya kita tidak memerlukannya.
How?
- Berusaha untuk tidak menggunakan sedotan.
- Jika memang harus menggunakan sedotan, maka carilah alternatif dari sedotan plastik, tetap jaga dan gunakan baik-baik. Contohnya sedotan stainless akan sia-sia jika tidak digunakan lebih dari 149 kali.
Day 5 – Bawa Tas Reusable Kemana-Mana
Penggunaan plastik sekali pakai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, dari segi produksi plastik banyak menggunakan oil dan natural gas yang tidak dapat diperbaharui. Tas plastik yang sering kita temui kebanyakan tipis dan mudah rusak, sehingga hanya dapat dipakai sekali, setelah itu plastik yang kita pakai akan berakhir di laut dan membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 1000 tahun untuk terurai.
Dampaknya apa? Banyak, salah satunya bisa mempengaruhi perubahan iklim dan pada tahun 2050 akan lebih banyak jumlah plastik daripada ikan apabila kita tidak merubah perilaku.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Hal termudah yang dapat kita lakukan salah satunya yaitu menolak penggunaan plastik sekali pakai dan menggunakan “tas reusable”.
Keuntungannya yaitu tas reusable lebih kuat dan tidak mudah sobek seperti tas plastik. Selain itu, dengan menggunakan 1 tas reusable, kita dapat mengurangi 330 juta plastik sekali pakai per-tahun. Dengan menggunakan tas reusable dan membawanya kemana-mana, merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan bumi dari sampah plastik.
Why?
- Effortless dan sangat gampang untuk dilakukan.
- Sulit terurai sehingga pemakaiannya bisa 15-1000 tahun.
- Dari segi produksi plastik banyak menggunakan oil dan natural gas yang tidak bisa di perbaharui.
- Sistem sampah kita tidak bisa memilah sampah ini secara otomatis yang akhirnya berakhir di laut atau di tempat pembuangan akhir (TPA).
- Tahun 2050 akan lebih banyak plastik daripada ikan kalau kita tidak mengubah perilaku.
- Tas plastik (kresek) kebanyakan tipis, gampang rusak, dan hanya bisa dipakai sekali saja. Dipakai beberapa menit, tetapi tersimpan 1000 tahun didunia.
How?
Caranya sangat mudah, bawa selalu tas reusable di tas atau kendaraan kalian.
Day 6 – Bawa Botol Reusable Kemana-Mana
Penggunaan botol plastik sekali pakai sama halnya seperti menggunakan plastik pada umumnya. Untuk membuat 50 juta botol plastik per-tahun membutuhkan 17 juta barel minyak, dimana 17 juta barel minyak tersebut sama dengan membeli bahan bakar sejumlah 1,3 juta mobil selama setahun full atau memberi daya sebanyak 190.000 rumah. Sama seperti plastik pada umumnya, apabila botol plastik berakhir di TPA akan membutuhkan waktu beratus tahun untuk terurai. .
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi botol plastik sekali pakai yaitu dengan membawa botol reusable kemana-mana.
Dengan menggunakan 1 botol reusable artinya kita dapat mengurangi hingga 1.460 botol plastik sekali pakai. Ditambah lagi, dengan menggunakan botol reusable kita bisa sekaligus menghemat pengeluaran untuk beli air mineral kemasan sekali pakai tiap harinya.
Why?
- Sangat mudah untuk dilakukan.
- Untuk membuat 50 juta botol plastik setiap tahunnya, membutuhkan 17 juta barel minyak. 17 juta barel minyak sama dengan memberi daya 190.000 rumah dan bahan bakar 1,3 juta mobil setahun.
- Menggunakan 1 botol reusable sama dengan menghemat 1.60 botol plastik, mengurangi pembuatan botol plastik di TPA, karena botol plastik juga membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.
- Botol reusable bisa digunakan berkali-kali.
- Menghemat pengeluaran untuk membeli air mineral yang menggunakan botol plastik sekali pakai.
How?
- Bawa Botol reusable (tumbler) kemana-mana.
- Jika membeli minuman, minta pesanan kalian dimasukkan ke botol (tumbler) sendiri, biasanya kalian juga bakal dapat potongan harga.
Day 7 – Bersihkan Rumah dan Pilah Barang yang Tidak Terpakai
Sebelumnya pasti kita sudah tidak asing lagi kan dengan istilah “decluttering”?
Decluttering merupakan salah satu kegiatan merapikan dan mengurangi dengan cara memilah sesuatu yang sudah tidak diperlukan. Aktivitas decluttering sendiri pun berbagai macam jenisnya seperti decluttering barang, baju, digital file, dan lain-lain. Decluttering juga menjadi salah satu cara yg dapat dilakukan untuk meminimalisir jumlah sampah yang menumpuk di TPA.
Why?
- Kita jadi lebih mengetahui dan menyadari akan kebutuhan kita sehari-hari
- Memaksimalkan barang yang dimiliki.
- Meminimalisir gaya hidup konsumtif.
- Membuat tempat tinggal menjadi lebih rapi, nyaman, mudah dibersihkan, dan lain-lain.
How?
- Buat kategori barang, misalnya baju, barang dapur, elektronik, dan lain-lain.
- Bagi lagi kategori tersebut menjadi 3 kelompok (dibuang/ didonasikan/jual, disimpan sementara selama 6 bulan untuk kemudian di review, dan disimpan).
- Serahkan ke bank sampah.
Day 8 – Pilah Sampah
Pada poin sebelumnya (day 7) kita sudah bahas mengenai decluttering yaitu memilah dan mengelompokkan barang sesuai jenisnya. Begitu juga dengan sampah, kita harus bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan, salah satu bentuk tanggung jawab yang dapat dilakukan yaitu dengan memilah dan mengelompokkan sampah.
Why?
- Agar sampah kering dan sampah basah tidak tercampur. Jika kedua jenis sampah ini tercampur, bisa menjadi sarang bakteri dan bau tak sedap.
- Menghindari material-material berbahaya yang tercampur (seperti sampah elektronik, zat kimia, dan material berbahaya lainnya).
- Mempermudah dalam pengolahan dan daur ulang sampah. Dengan memilah sampah, sampah kering yang belum terkena sampah basah (seperti sisa makanan) masih bisa didaur ulang atau recycle.
- Meminimalisir sampah-sampah yang akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
How?
- Pisahkan sampah organik (semua yang bisa dikompos, contohnya sisa makanan) dan sampah anorganik (yang tidak bisa dikompos, contohnya plastik, kardus, dan lain-lain).
- Sampah organik bisa diusahakan untuk dikompos atau dimasukkan ke biopori.
- Sebelum dibuang di tempat sampah rumah, alangkah lebih baik jika sampah anorganik (seperti botol plastik bekas minuman) dicuci terlebih dahulu.
- Setelah itu cari tempat yg mau menerima barang-barang tersebut dan distribusikan. Untuk barang-barang yang belum bisa diterima oleh bank sampah/pemulung/pengepul, bisa dibuat menjadi ecobrick.
Day 9 – Kenali Bank Sampah dan Distribusi Kesana
Setelah memilah dan mengkategorikan sampah, hal yang selanjutnya yang perlu kita lakukan yaitu mencari tempat yang bisa menerima barang-barang tersebut dan didistribusikan ke bank sampah, drop box atau tempat lain yg menampung sampah.
Bank sampah merupakan tempat pengumpulan sampah yang sudah dipilah dimana hasil pengumpulan tersebut akan disetor ke tempat pengepul sampah atau ke tempat pembuatan kerajinan untuk di recycle.
Why?
- Membantu pengolahan sampah di Indonesia.
- Untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap lingkungannya terutama perihal sampah.
- Memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan untuk direcycle menjadi sesuatu yang lebih berguna dan memiliki nilai ekonomis.
How?
- Lakukan decluttering.
- Kelompokkan barang sesuai dengan jenisnya.
- Temukan Bank sampah.
- Hubungi pihak bank sampah.
- Dan serahkan semua barang yang ingin kalian serahkan.
Mungkin sekarang kalian bingung, bagaimana cara menemukan bank sampah yang berada dekat dengan tempat tinggal kalian? Atau bagaimana cara menghubungi pihak bank sampah? Kalian bisa baca pada artikel sebelumnya mengenai apa yang harus dilakukan sebelum mengirim barang ke bank sampah?
Day 10 – Cabut Listrik yang Tidak Digunakan
Do you know? Kabel ataupun charger yang masih mencolok walaupun tidak digunakan masih mengalirkan listrik walaupun dengan jumlah yang sedikit. Dengan kata lain, charger dan kabel-kabel tadi jadi “vampir listrik” di rumah kalian.
Nah, “vampir listrik” tadi secara tidak langsung dampaknya bisa sangat signifikan, baik untuk lingkungan seperti menghabiskan energi secara cuma-cuma maupun bagi pengeluaran sehari-hari.
Lalu gimana caranya untuk kita lebih aware dengan “vampir listrik” ? Salah satu hal mudah yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mencabut kabel atau aliran listrik yang tidak digunakan.
Why?
- Dengan mencabut aliran listrik yang tidak terpakai, artinya kita sudah menghemat listrik dan mengurangi emisi karbon di lingkungan.
- Menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik.
- Menghemat pengeluaran (biaya) yg berlebihan.
- Meminimalisir pemanasan global hingga 1,5 ° C.
- Setidaknya dapat menjaga 30 persen natural spaces dan mengelola sisanya secara berkelanjutan.
- Dapat menyelamatkan keberadaan hewan dan ekosistem lainnya.
How?
- Cabut listrik jika tidak digunakan lagi.
- Cabut semua listrik sebelum bepergian.
- Cabut semua listrik sebelum tidur.
Day 11 – Ganti Sikat Gigi Plastik Ke Sikat Gigi Bambu atau Siwak
Selama berabad-abad, sikat gigi pada awalnya terbuat dari bahan alami. Tetapi awal abad ke-20 produsen mulai berinovasi dan memunculkan desain sikat gigi dengan bahan plastik. Di Amerika, 1 miliar sikat gigi plastik dibuang dan menghasilkan 50 juta pound limbah setiap tahunnya.
Kebanyakan sikat gigi plastik tersebut tidak dapat didaur ulang karena penggunaan material plastik yang kompleks. Jika dipikir-pikir, berapa banyak lagi jumlah sampah yang akan menumpuk karena penggunaan sikat gigi plastik di negara-negara lainnya? Tentunya akan sangat banyak.
Why?
- Sikat gigi bambu hanya membutuhkan waktu lebih kurang 6 bulan untuk terurai, sedangkan sikat gigi plastik butuh ratusan tahun.
- Produksi sikat gigi bambu tidak memerlukan banyak energi dan jejak karbon seperti plastik.
- Merupakan salah satu cara mudah untuk lebih minim sampah.
How?
- Ganti sikat gigi plastik yang kalian punya menjadi sikat gigi bambu atau sebagai alternatif lainnya, bisa menggunakan siwak.
- Ganti sikat gigi kalian setiap 3-6 bulan sekali.
- Ketika membuangnya, mencabut bulu sikat jika masih terbuat dari nylon kemudian diletakkan di ecobrick atau tumpukkan sampah yang tidak bisa terurai.
- Letakan gagang bambu di tumpukan sampah yg dapat terurai untuk kemudian di kompos.
Day 12 – Ubah Sabun ke Sabun Tanpa Kemasan
Perlu kita ketahui, pada tahun 2050 diperkirakan akan lebih banyak jumlah plastik daripada jumlah ikan di laut akibat penggunaan plastik yang berlebihan. Salah satu penggunaan plastik yang sering kali tidak dapat dihindari yaitu dalam bentuk kemasan produk kecantikan seperti kemasan shampo, sabun, dan lain-lain.
Kebanyakan orang menggunakan 11 botol shower gel dan 10 botol shampo dalam setahun yang kemasannya merupakan kemasan plastik. Artinya kita berkontribusi terhadap 300 juta ton plastik yang diproduksi tiap tahunnya. Dan kebanyakan orang juga tidak memiliki wadah reusable atau yang dapat didaur ulang, sehingga kemasan plastik ini akan berakhir di tempat sampah dimana hanya 10% dari plastik-plastik tersebut yang dapat didaur ulang dan sisanya akan berakhir di TPA atau di laut yang akan terurai ratusan tahun lamanya.
Why?
- Plastik kemasan sekali pakai akan berakhir di TPA dan membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.
- Pembuatan sabun dengan plastik kemasan sekali pakai membutuhkan energi yang lebih banyak.
- Salah satu cara untuk meminimalisir sampah kemasan sekali pakai yang berakhir di TPA dan di laut.
How?
- Mengganti sabun/ sampo tanpa kemasan. Jika di lingkungan sekitar kalian terdapat bulk store yg bisa refill sabun/shampo cair, kalian bisa membeli sabun/sampo tsb dengan membawa wadah dari rumah.
- Mengganti sabun/shampo dengan sabun/shampo batangan. Mengapa sabun/ shampo bar? Sebuah penelitian di Swiss menemukan bahwa jejak karbon dari sabun cair adalah 25% lebih besar dari sabun batangan berdasarkan pencucian. Sabun cair juga membutuhkan energi 5 kali lebih banyak untuk diproduksi dan dapat menggunakan kemasan 20 kali lebih banyak.
- Pilih sabun yang berasal dari bahan yg natural untuk menghindari bahan kimia.
- Beli sabun dari local market atau toko yg terjangkau untuk mengurangi jejak karbon transportasi.
- Membuat sabun DIY.
Day 13 – DIY Produk
DIY atau Do-It-Yourself produk merupakan salah satu alternatif yang dapat kita lakukan untuk menghindari produk kemasan sekali pakai. DIY produk ini bisa bermacam-macam, seperti recycle sesuatu, DIY deodoran, pasta gigi, sabun mandi, eco enzym, dan lain-lain.
DIY produk sama halnya dengan produk-produk lain, bisa berbeda efek antara orang satu dengan lainnya. Perbanyaklah membaca dan mencari tahu. Higinitas & kesehatan juga harus tetap nomor 1.
Why?
- Kita lebih tau detail apa yang kita konsumsi, dimana ini merupakan salah satu cara kita untuk mengontrol kehidupan.
- Bahan alami tidak menggunakan pengawet dan bahan kimia berbahaya.
- Bahan-bahan alami akan lebih mudah dikembalikan ke bumi dan mudah terurai.
- Mengurangi kemasan plastik sekali pakai yang tidak diperlukan.
- Lebih murah dan lebih sehat.
- Caution.
How?
- Temukan ide-ide sebagai referensi dan inspirasi DIY.
- Kalian bisa melakukan pencarian di Google atau menggunakan hastag #ZWIDDIY di instagram.
- Buat DIY produk yang kamu temukan.
Salah satu contoh DIY produk yang bisa kalian buat yaitu Snack Dried Orange yang berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan infeksi dan flu.
Bahan – bahan:
- 2 jeruk.
- ¼ cup gula.
- ½ tsp cinnamon atau kayu manis (opsional) jahe dan sea salt.
Cara membuat:
- Panaskan oven sekitar 100 C
- Cuci dan potong jeruk tipis-tipis.
- Letakkan diatas loyang (jangan di tumpuk).
- Setelah selesai, angkat dan letakkan di mangkok. Kemudian kocok dengan gula, jahe, kayu manis, dan sea salt. Bisa disimpan di tempat tertutup.
Day 14 – DIY Pembersih
Salah satu cara untuk menghindari plastik kemasan sekali pakai lainnya yaitu dengan melakukan DIY pembersih seperti eco enzyme
Apa itu eco enzyme?
Eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Nah, eco enzyme ini bisa digunakan menjadi cairan multiguna meliputi rumah tangga, pertanian & peternakan.
Why?
- Hemat. Dengan mengubah sampah dapur menjadi pembersih rumah tangga alami DIY dapat mengurangi polusi, karena gas metana yang dikeluarkan dari sampah yang dibuang dapat memerangkap 21 kali lebih banyak panas daripada CO2 sehingga dapat memperburuk pemanasan global.
- Air purify bisa membersihkan udara dari racun, polusi, & menghilangkan bau.
- Mengurangi plastik karena sudah DIY, sehingga tidak perlu membeli pembersih kemasan sekali pakai.
- Dan banyak manfaat lainnya (pembersih rumah tangga, insektisida, antiseptik, perawatan tubuh, pupuk, dan lain-lain)
How?
Untuk membuat eco enzyme, diperlukan beberapa bahan seperti berikut:
- Fruit waste: Brown sugar: Clean water = 3 : 1 : 10.
- Bisa pakai gula apapun selain gula putih.
- Gunakan sisa-sisa dapur seperti kulit apel, jeruk, nanas, pir, semangka, atau lemon. Jangan pakai dagingnya. Biji juga bisa dimasukan asalkan jangan yg besar spt biji mangga.
- Tuang semua bahan ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian campur gula dan air dalam botol.
- Simpan ditempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah.
- Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas yg dihasilkan.
- Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk rata kemudian tutup.
- Setelah 3 bulan, saring eco enzyme menggunakan kain kasa atau saringan.
- Residu dapat digunakan lagi untuk batch baru produksi dengan menambahkan sampah segar. Residu juga bisa dikeringkan, kemudian diblender dan dikubur didalam tanah sebagai pupuk.
Day 15 – Reparasi Barang yang Rusak
Mengingat jumlah limbah dan sampah global yang akan terus meningkat, sebenarnya beberapa diantaranya bisa di daur ulang namun tetap banyak jumlah sampah atau limbah yg dibuang begitu saja yg kemudian menyebabkan masalah bagi manusia dan lingkungan.
Salah satu penyebab dari jumlah limbah yang menumpuk yaitu karena konsumsi barang yang berlebihan dan penggunaan barang sekali pakai. Lalu bagaimana? Alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk yaitu dengan repairing atau memperbaiki barang yang rusak.
Why?
- Melatih kamu menjadi smart consumer, dengan mengetahui secara keseluruhan bagaimana cara kerja barang yg akan kalian beli.
- Hemat karena tidak perlu mengeluarkan lebih banyak untuk membeli barang baru.
- Dapat mempelajari cara mendaur ulang atau reuse barang-barang yg tdk bisa diperbaiki.
- Dapat mempelajari keterampilan baru & menemukan kepuasan dari memperbaiki sesuatu yg rusak.
- Dapat belajar untuk lebih bisa merawat barang agar tidak mudah rusak.
- Membeli barang dengan mindful, menyadari akan kebutuhan diri sendiri. Ada beberapa tips yang perlu diperhatikan sebelum membeli barang, yaitu dengan menanyakan beberapa hal berikut kepada diri sendiri:
- Apa manfaat barang ini?
- Bagaimana cara kerjanya?
- Apa kemungkinan masalah yg akan muncul?
- Jika rusak, apakah bisa diperbaiki?
- Bagaimana cara memperbaikinya?
- Jika sudah diperbaiki, apakah tetap bisa berfungsi dengan baik?
How?
- Kumpulkan semua barang yang sudah rusak.
- Kelompokkan barang yang mungkin bisa di reparasi.
- Lakukan reparasi sebaik mungkin hingga barang-barang yang rusak tadi bisa digunakan kembali.
Day 16 – Bawa Tempat Sendiri Untuk Beli Jajan
Tidak dapat dipungkiri bahwa plastik terkadang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari kita. Salah satu penggunaan plastik yang banyak digunakan misalnya untuk membeli makan yang di take away atau jajan-jajan.
Nah, hal termudah yang dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai untuk jajan-jajan yaitu dengan membawa tempat sendiri untuk beli jajan.
Why?
- Selain mudah dilakukan, tempat yang kita gunakan bisa dibersihkan dan bisa dipakai kembali untuk jajan-jajan lainnya.
- Lebih hemat, karena mungkin kalau kita lagi merasa malas untuk bawa-bawa tempat jadi lebih bisa menahan diri untuk jajan-jajan.
- Jadi lebih prepare sebelum kemana-mana, lebih aware sama kebutuhan apa yang mau dibeli.
- Mengurangi sampah kemasan sekali pakai.
How?
- Tentukan jajan apa yang akan kamu beli.
- Bawa tempat jajanan sesuai kebutuhan.
- Tidak perlu membeli yang baru, cukup gunakan atau reuse yang sudah ada.
Day 17 – Habiskan Makananmu
Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah tiap tahunnya. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), persentase jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik, yaitu mencapai 60% dari total sampah. Diikuti oleh sampah plastik sebanyak 14%, sampah kertas 9%, metal 4,3%, kaca, kayu dan bahan lainnya 12,7%. Salah satu contoh sampah organik yaitu sisa-sisa makanan..
Dari 1/3 semua makanan yang di produksi di bumi tidak sepenuhnya sampai ke konsumen. Entah karena basi di perjalanan atau dibuang oleh konsumen di negara-negara kaya yang biasanya membeli secara berlebihan dan membuang begitu saja kelebihannya yang tidak mereka habiskan.
Hal ini kurang lebih menghasilkan sekitar 1,3 miliar ton makanan yang bisa bernilai hampir $1 triliun. Sedangkan di sisi lain, jumlah orang yang menderita kelaparan (di dunia) mencapai hingga 800 juta jiwa lebih.
Lalu, bagaimana? Untuk mengurangi jumlah sampah organik dan sampah sisa makanan atau food waste, salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan yaitu dengan menghabiskan makanan yang kamu makan.
Why?
- Dengan menghabiskan makanan, artinya kita tidak menyia-nyiakan energi yang digunakan untuk produksi, panen, pengangkutan, dan pengemasan makanan yg terbuang.
- Sampah organik dari sisa makanan bisa menghasilkan gas etana (gas berbau & beracun) yang memiliki efek yg lebih buruk daripada karbondioksida.
- Mengurangi limbah sampah organik di TPA.
- Mengenali kapasitas dirimu sendiri ( makan sesuai porsi nya)
- Hemat, tidak menghabiskan uang lebih untuk sesuatu (makanan) yang pada akhirnya akan dibuang.
How?
- Masak atau beli makanan sesuai dengan kebutuhan dan porsi makan kalian.
- Walaupun masih berlebih saat dimakan sekali, olah kembali sisa makanan tersebut menjadi makanan lain agar tetap habis (jika mungkin untuk dilakukan).
Day 18 – Rencanakan Masakan dan Meal Prep
Persentase sampah terbesar didominasi oleh sampah organik sebanyak 60% yang didalamnya termasuk sisa-sisa makanan. Terlebih lagi, tiap tahunnya sekitar 1,3 milliar ton makanan dibuang begitu saja. Hal tersebut merupakan gambaran jelas bahwa food waste merupakan suatu isu yang penting.
Selain menghabiskan makanan, salah satu alternatif lainnya untuk mengurangi jumlah makanan yang terbuang atau food waste yaitu dengan merencanakan masakan/ makanan yang ingin dimakan dan melakukan meal prep.
Why?
- Kita lebih mengerti kebutuhan dengan mengontrol porsi makanan yang masuk ke dalam tubuh sesuai porsinya
- Meminimalisir impulsivitas dalam membeli sesuatu (mindful sama apa yg kita beli).
- Hemat, karena kita akan beli atau masak sesuai kebutuhan
- Meminimalisir makanan yang tidak habis dan dibuang begitu saja
- Efektif waktu.
How?
- Buat daftar menu mingguan yang akan kalian makan.
- Cek persediaan bahan makanan di kulkas.
- Buat daftar belanja sesuai kebutuhan.
- Simpan bahan makan dengan baik.
- Buat rancangan meal prep. Meal prep mengurangi waktu persiapan terutama untuk kalian yang sangat sibuk sibuk. Dengan meal prep kita bisa dengan mudah memasak karena sebelumnya sudah disiapkan. Waktu memasak akan jauh berkurang dengan adanya meal prep. Kita juga bisa masak besar dan menyimpannya di kulkas.
Day 19 – Kurangi Jumlah Tisu yang Kamu Gunakan
Tahukah kamu, 27.000 pohon ditebang setiap harinya untuk memproduksi tisu toilet, sedangkan satu gulung tisu toilet membutuhkan 37 galon air dan 17,3 terawatt listrik setiap tahunnya. Selain itu, dalam proses pemutihan tisu toilet jg membutuhkan 235.000 ton klorin yang dapat mencemari air.
Tisu membutuhkan jumlah energi yg lebih banyak daripada saputangan dalam proses produksinya, dimana satu tisu sekali pakai membutuhkan 2,2L air sedangkan 1 saputangan membutuhkan 165L air dalam proses produksinya namun dapat digunakan berkali-kali.
Why?
- Saputangan lebih low environmental footprint.
- Tisu yg sudah terkontaminasi sulit utk di recycle
- Lebih hemat.
- Saputangan bisa di reuse.
- Mengurangi jumlah sampah yg berakhir di TPA.
How?
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan mengganti penggunaan tisu dengan saputangan atau kain bekas.
Day 20 – Belanja Tanpa Kemasan Sama Sekali
Plastik kemasan sekali pakai memang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh penggunaan plastik yang banyak digunakan yaitu seperti belanjaan dengan kemasan plastik sekali pakai (misal ciki), bungkus jajanan gorengan (seperti plastik kresek).
Nah, hal termudah yang dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan plastik tsb yaitu belanja tanpa kemasan sama sekali.
Why?
- Mudah dilakukan.
- Tempat yang teman-teman gunakan bisa dibersihkan.
- Bisa dipakai kembali untuk belanja atau jajan lainnya.
- Kita juga jadi lebih prepare sebelum kemana-mana.
- Lebih aware sama kebutuhan apa yang mau dibeli
- Membantu meminimalisir sampah kemasan sekali pakai.
How?
Kalian bisa membawa wadah sendiri kemana-mana saat ingin berbelanja atau jajan, misalnya totebag atau tas belanjaan yang dapat dipakai kembali.
Day 21 – Bawa Makan Siang Dari Rumah
Bagi kalian yang memiliki berbagai aktivitas di luar rumah, sering kali kita memilih untuk makan apa saja yang ada, yang dekat, dan yang mudah didapat. Apalagi kalau jam istirahat yang minim, tak menutup kemungkinan kita lebih memilih untuk take away atau membungkus makanan yang kemudian dimakan di kantor atau di kelas. Dampaknya yang tidak kita sadari apa? Saat kita take away atau membungkus makanan kita yang bisa menambah jumlah sampah kemasan baik itu plastik, stereofom, maupun lainnya.
Salah satu hal sederhana dan mudah yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah kemasan sekali pakai yaitu dengan membawa makan siang atau bekal dari rumah.
Why?
- Dengan bawa makan siang dari rumah, kamu punya banyak pilihan & variasi makanan yg bisa kamu makan tiap harinya.
- Bisa lebih kontrol apa yang kita makan agar balance.
- Lebih prepare sama kebutuhan diri sendiri.
- Efektif waktu.
- Hemat.
- Mengurangi sampah kemasan sekali pakai yg berakhir di TPA.
How?
- Sediakan makanan yang akan dibawa sebelum beraktivitas.
- Mungkin untuk alternatif lain, bisa bawa wadah untuk beli bekal makan siang.
Day 22 – Kompos
Menurut laporan oleh World Bank, diperkirakan jumlah sampah akan terus meningkat hingga 70% di tahun 2050 apabila tidak ada aksi atau tindakan lebih lanjut terkait penanganan meminimalisir sampah.
Persentase jumlah sampah di TPA yang semakin bertambah itu didominasi oleh sampah organik sebanyak 60% yang didalamnya termasuk sisa-sisa makanan.
Dampaknya apa?
Apabila hal ini terus terjadi dan tidak dikelola dengan bijak, tumpukan sampah organik yang tercampur dengan sampah lainnya akan menghasilkan bau tak sedap & gas metana yang berbahaya bagi lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan kompos. Kompos adalah hasil penguraian segala sisa organik yang kita hasilkan.
Why?
- Kompos berperan besar dalam kelangsungan hidup seperti menyuburkan tanah & tanaman.
- Kompos juga dapat menyelesaikan 50% masalah sampah rumah tangga.
- Supply bahan makanan kita lebih terjaga.
How?
- Find strong reason “why”.
- Belajar dan banyak cari tahu cara kompos.
- Menyadari kalau kompos itu proses belajar utk hal yg lebih baik.
- Jangan takut gagal atau salah, karena proses kompos sama dengan bereksperimen hingga benar-benar tau cara kompos yang benar.
Day 23 – Beralih ke Menstrual Cup atau Menspad
Pembalut konvensional atau tampon sekali pakai mengandung pemutih, dioxin, furan, fragrance, dan semuanya termasuk endocrine disruptors. Selain karena kandungannya, packaging dari pembalut atau tampon ini mengandung plastik-plastik yang hanya digunakan sekali kemudian berakhir di tempat pembuangan sampah. Dalam masa hidupnya, satu wanita bisa menghabiskan 11000 dan membuang sekitar 125-150 kg tampons atau pads yang berakhir di TPA.
Lalu bagaimana?
Salah satu alternatif yang dapat kita lakukan yaitu dengan pelan-pelan beralih ke menstrual cup (menscup) atau menspad. Menstrual cup atau menspad bisa disebut jg cangkir menstruasi yg terbuat dari medical silicon untuk menampung darah.
Penggunaan menstrual cup ini tidak memiliki efek samping selagi kita bisa menjaga higenisitasnya dan cup ini bs digunakan hingga 10 tahun.
Why?
- Non-toxic, non-bleaching, dan tidak mengandung bahan kimia yg berbahaya untuk tubuh.
- Ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan pembalut sekali pakai yg akan hanya berakhir di TPA.
- Lebih hemat, walaupun di awal harganya terlihat lebih mahal tapi untuk 10 tahun kedepan tidak perlu beli pembalut lagi.
- Bisa menampung lebih banyak, sehingga tidak perlu sering ganti atau buang pakai.
- Tidak membuat bau tidak sedap.
How?
Bagi kita kaum wanita mulailah untuk tidak menggunakan pembalut konvensional atau tampon sekali pakai. Pelan-pelan beralih ke menstrual cup (menscup) atau menspad.
Day 24 – Tanya Diri Sendiri 5 kali Sebelum Membeli Barang Baru
Membeli barang baru tanpa pertimbangan merupakan salah satu kebiasaan buruk banyak orang yang dapat menyebabkan kita merasa boros, dengan membeli barang secara impulsif tanpa pertimbangan secara tidak langsung juga akan berdampak pada lingkungan.
Bukan hanya itu, seringkali kita menyesal karena hanya memuaskan keinginan kita bukan kebutuhan dan tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan barang tersebut dan akan berakhir tidak digunakan dan dibuang begitu saja.
Why?
- Mindful shopping atau belanja dengan penuh sadar sesuai kebutuhan kalian.
- Membuat kalian lebih hemat.
- Mengurangi pencemaran lingkungan.
How?
Nah, untuk itu sebelum kalian membeli barang baru kalian harus mengetahui sebuah teori “Buyerarchy of Needs” yg dikembangkan oleh Sarah Lazarovic untuk beberapa opsi yang bisa dilakukan sebelum membeli barang baru:
- Menggunakan barang yg ada.
- Meminjam barang, daripada membeli barang baru mungkin bs pinjam apabila barang tersebut hanya akan digunakan beberapa kali.
- Swap atau menukar, konsepnya seperti barter. Bisa barter ke teman/keluarga atau bisa juga mengikuti event @tukarbaju_ untuk pakaian atau tukar buku, dan lain-lain.
- Thrift atau membeli barang preloved
- Make atau membuat sendiri barang yang dibutuhkan
- Buy, jika opsi di atas tdk bs dilakukan maka membeli barang baru bisa menjadi opsi terakhir yg dilakukan. Dengan catatan memperhatikan kebutuhan dan menanyakan 5 pertanyaan ini sebelum kalian membeli:
- Apa yg akan kita lakukan dengan barang ini?
- Bisakah menggunakan kembali yg ada disekeliling / pinjam?
- Seberapa sering barang itu akan digunakan?
- Apakah akan spark joy & membuat kamu happy?
- Bisakah kita bertanggung jawab atas sampahnya?
Day 25 – Tolak yang Tidak Perlu
Sering kali dalam konteks mengurangi jumlah konsumsi sampah, kita masih struggling dan suka nggak enakan untuk bilang tidak atau refuse sesuatu, misalnya dalam penggunaan kantong plastik, sedotan plastik atau kemasan sekali pakai lainnya.
Dengan begitu, secara tidak langsung kita cenderung untuk say “yes” dan kemudian menyesal karena menyadari dampak nya seperti apa. Untuk itu sangat penting bagi kita pelan-pelan belajar menolak tawaran yang tidak perlu.
Why?
- Kita jadi menyadari apa yang sebenarnya kita inginkan dan kita butuhkan.
- Belajar untuk mengontrol diri.
- Fokus sama tujuan yang sudah ditetapkan di awal, sehingga kita tetap keep on track sama apa yang kita lakukan.
- Save time & energy.
Misalnya kita tidak berusaha menolak penggunaan kemasan sekali pakai, konsekuensinya adalah kita akan mengalokasikan waktu dan energi lebih untuk bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan, padahal apabila kita menolaknya dari awal kita akan menghemat waktu & tenaga untuk hal yg lain.
- Kita jadi lebih sadar akan konsekuensi atas tindakan yang kita lakukan.
How?
- Cari tahu kebutuhan, waktu, tujuan, dan apa yang penting dalam hidup kita untuk pengambilan keputusan.
- Biasakan diri untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai. Misalnya kantong plastik, sedotan plastik atau kemasan plastik sekali pakai lainnya.
- Katakan “tidak” untuk setiap barang yang tidak kita butuhkan.
Day 26 – Share Ke Teman Kamu Mengenai Climate Change
Climate Change (perubahan iklim) adalah perubahan signifikan yang terjadi pada suhu, curah hujan, dan angin yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bisa dalam satu dekade atau bahkan lebih.
Climate change memberikan berbagai dampak buruk bagi kehidupan kita di bumi, seperti kerusakan ekosistem laut, masalah kebutuhan pangan, cuaca ekstrim dan bencana alam, mengganggu kesehatan dan penyebaran penyakit, dan lain-lain.
Maka dari itu, sangat penting untuk setiap lapisan masyarakat mengetahui tentang climate change.
Why?
- Menciptakan kesadaran bersama tentang dampak climate change yang sedang terjadi sekarang ini.
- Menciptakan kesadaran bersama tentang pentingnya melakukan sesuatu atau act terhadap isu yang ada, karena every single act is that matters dan make a huge difference.
- Memfokuskan pikiran orang bahwa hidup keberlanjutan (sustainable living) merupakan prioritas.
How?
- Share sedikit demi sedikit informasi tentang climate change ke teman-teman kalian. Bisa melalui obrolan langsung, bacaan, maupun melalui berbagai media (film, video, atau podcast).
Misalnya apa itu climate change, dampaknya seperti apa, dan hal-hal yang bisa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka yang bisa berubah akibat climate change. - Mulai zero waste lifestyle dari diri sendiri untuk bisa jadi contoh atau role model bagi orang-orang disekitar kita. Zero waste lifestyle juga menjadi salah satu upaya pencegahan climate change.
Day 27 – Ajak Teman Untuk Memulai
Jika kemarin kalian sudah share ke teman-teman mengenai climate change, sekarang coba one step lagi untuk ajak teman-teman kalian untuk mulai gaya hidup zero waste. Karena dengan kalian pelan-pelan memulai dari hal yang kecil saja, kalian sudah menciptakan perubahan yang signifikan.
Lalu bisa bayangkan nggak bagaimana kalau kalian share dan mengajak teman-teman kalian untuk melakukan hal yang sama?
Why?
- Membantu menyelamatkan lingkungan.
- Membuat kalian bisa lebih bijak dan penuh pertimbangan dalam melakukan ataupun membeli sesuatu.
- Mengajak orang untuk lebih mencintai lingkungan dan care dengan diri mereka sendiri.
How?
- Mulai ajak orang terdekat kamu untuk memulai melakukan gaya hidup zero waste.
- Sebagai indikator untuk memulainya, mulailah dengan beberapa hal berikut:
- Katakan tidak pada sedotan plastik.
- Bawa tas reusable kemana-mana.
- Bawa botol reusable kemana-mana.
- Bawa tempat sendiri untuk beli jajan.
- Cabut listrik yang tidak digunakan.
- Betulkan barang yang rusak.
- Pilah sampah.
- Kenali bank sampah dan distribusi kesana.
- Ganti sikat gigi plastikmu ke sikat gigi bambu (siwak).
- Belanja tanpa kemasan sama sekali.
Day 28 – Buka Lemari Kamu
Industri fashion merupakan salah satu faktor utama atas perubahan iklim dimana menyumbang lebih dari 8% dampak iklim global yang setara dengan 3.990 juta metrik ton CO2 pada tahun 2016).
Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian kepada pihak yang bergerak di industri fashion khususnya konsumen untuk menyadari hal ini dan bersama-sama melakukan yang terbaik untuk meminimalisir dampak iklim global.
Why?
- Kita jadi tahu berapa banyak pakaian yang kita punya di lemari.
- Lebih menyadari barang-barang yang sering kita pakai dan yang jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali dipakai
- Lebih sadar dengan apa yang kita punya dan bagaimana cara memanfaatkannya.
How?
- Buka lemari kamu sekarang.
- Observe apa yang kita punya dengan menghitung berapa banyak pakaian yang kita punya dan apakah terpakai semuanya atau tidak.
Day 29 – Ambil yang Tidak Perlu
Step selanjutnya untuk meminimalisir dampak iklim dari industri fashion setelah membuka lemari dan mengobservasi apa yang kita punya yaitu pisahkan atau ambil pakaian yang sudah tidak dipakai yang biasa dikenal dengan istilah “decluttering”.
Why?
- Jadi tahu pakaian yang sering dipakai dan yang tidak karena sudah dipisahkan.
- Bisa menjadi salah satu cara untuk mengetahui diri sendiri melalui pakaian (mengetahui pakaian yg nyaman, yg membuat percaya diri, yg kita sukai seperti apa).
- Mengurangi tingkat stress dan lebih efektif waktu.
Misal kita sedang terburu-buru, dengan kita melakukan decluttering pakaian akan memudahkan kita untuk memilih pakaian yang ingin dipakai saat itu. - Jadi lebih memvalue apa yang kita punya.
- Bisa jadi pakaian yang sudah tidak pakai bisa lebih berguna untuk orang lain yang membutuhkan.
- Menambah uang pemasukan, apabila pakaian yang sudah tidak dipakai namun masih layak pakai kalau tidak ingin di donasi, bisa untuk dijual preloved.
How?
- Keluarkan semua pakaian yang ada di lemari kalian.
- Pisahkan pakaian yang sering kita pakai dan yang tidak. Mungkin spesifiknya bisa menyediakan beberapa box dan masing-masing dikategorikan, misalnya yang akan dipakai, di donasikan, dan ragu-ragu (menggunakan metode 3 month, apabila selama 3 bulan tidak juga dipakai bisa di donasikan ataupun dijual preloved).
- Barang yang telah dipisahkan dan sudah tidak dipakai bisa didonasikan atau di jual preloved.
Day 30 – Donasikan atau ikut #TukarBaju
Setelah observing jumlah pakaian dan melakukan decluttering, step terakhir yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak iklim dari limbah industri fashion yaitu baju-baju yang sudah dipisahkan dapat didonasikan.
Why?
- Dengan kita mendonasikan pakaian yang masih layak pakai, selain mengurangi space di dalam lemari kita juga bisa memberikan baju-baju yang layak pakai tersebut ke orang yang lebih membutuhkan dan memvalue baju tersebut (membuat baju-baju tersebut lebih bermanfaat).
- Selain di donasikan, alternatif lain yaitu dengan mengikuti event #TukarBaju selanjutnya. Untuk lebih lengkapnya, kalian juga bisa cek di akun instagram @tukarbaju_ .
Masih ingat dengan “The Buyerarchy of Needs”? dengan mengikuti #TukarBaju ini, teman-teman turut mendukung slow fashion dengan swap pakaian, sehingga untuk memiliki pakaian baru teman-teman tidak perlu membeli baru!
How?
- Donasikan baju kenapa orang yang membutuhkan, misalnya ke saudara, teman, atau panti asuhan.
- Ikuti event #TukarBaju yang diselenggarakan oleh Zero Waste Indonesia. Tinggal datang dengan membawa maksimal 5 baju, pilih baju yang kalian suka, dan tukar untuk mendapatkan baju baru. Tertarik?
Itulah 30 days zero waste challenge yang bisa kalian ikuti, bagaimana? Sudah ikut challenge ini setiap hari? Tiada kata terlambat loh ya……..