Skip to content
Zero Waste Indonesia
  • Tentang Zero Waste
    • Tentang Zero Waste Indonesia
    • Team Kami
  • Zero Waste Articles
  • Contact
Masuk
Daftar Sekarang
Masuk
Daftar Sekarang
Zero Waste Indonesia/2018/September

Eco Enzyme

4 min read

Bagikan artikel ini

  • Icon Whatsapp

Apa itu Eco Enzyme?

Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik.

Jadi eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian dan juga peternakan. Pada dasarnya, eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Cairan ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif.

Why is it so important?

Enzim mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Sementara itu mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi tanaman laut dan kehidupan laut.

Di bawah ini adalah alasan lain kenapa kita perlu mempertimbangkan untuk membuat eco enzyme:

Hemat: Mengubah sampah dapur menjadi pembersih rumah tangga alami DIY.

Mengurangi polusi: Gas metana yang dikeluarkan dari sampah yang dibuang dapat memerangkap 21x lebih banyak panas daripada CO2, memperburuk pemanasan global.

Air purify: Membersihkan udara dari racun, polusi dan menghilangkan bau

Banyak manfaatnya: Pembersih rumah tangga, insektisida, antiseptik, perawatan tubuh, pupuk dll

Apa aja manfaat Eco Enzyme?

Karena kandungannya, eco Enzyme memiliki banyak cara untuk membantu siklus alam seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan juga membersihkan air yang tercemar. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga seperti shampoo, pencuci piring, deterjen, dll.

Pembersih enzim ini 100% natural dan bebas dari bahan kimia, mudah terurai dan lembut di tangan dan lingkungan. Cairan ini juga penolak serangga alami yang membuat semut, serangga dll menjauh. Saking alaminya, setelah digunakan untuk pel, cairan ini juga bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Eco Enzyme juga dapat digunakan untuk merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran dan untuk meningkatkan hasil panen. Jadi pada intinya adalah circular economy at its best. 

Bagaimana cara membuatnya?

Source: enzymesos.com

Fruit waste : Brown sugar : Clean water = 3 : 1 : 10

For example : 900g kulit buah : 300g gula : 3000g (ml) atau 300g kulit buah : 100g gula : 1liter air

Caranya sangat mudah:

a. Gunakan gula apapun selain gula putih

b. Gunakan sisa-sisa dapur seperti kulit apel, jeruk, nanas, pir, semangka, lemon, tapi jangan durian! jangan pakai dagingnya. Seeds bisa dimasukkan asalah jangan yang besar seperti biji mangga.

  1. Tuang semua bahan ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian campur gula dan air dalam botol.
  2. Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah
  3. Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas yang dihasilkan.
  4. Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk rata kemudian tutup
  5. Setelah 3 bulan, saring eco enzyme menggunakan kain kasa atau saringan.
  6. Residu dapat digunakan lagi untuk batch baru produksi dengan menambahkan sampah segar. Residu juga bisa dikeringkan, kemudian diblender dan dikubur di dalam tanah sebagai pupuk.
    Source: enzymesos.com

    Source: enzymesos.com

Kemudian cairan yang sudah disaring, diletakkan di botol-botol dan bisa digunakan untuk bermacam-macam.

Dibawah ini menunjukkan “resep-resep” dan cara memanfaatkan Eco Enzyme.

Source: Ecowalkthetalk

Catatan penting!

  • Gunakan wadah yang bisa mengembang karena wadah akan terisi gas, maka dari itu perlu dibuka periodically untuk mengeluarkan gas
  • Sampah untuk membuat enzim tidak termasuk kertas, plastik, logam atau bahan kaca.
  • Hindari makanan berminyak, ikan atau sisa daging (bisa digunakan sebagai bahan kompos kebun). Untuk membuat enzim berbau segar, tambahkan kulit jeruk / lemon atau daun pandan, dll.
  • Warna ideal dari enzim eco adalah coklat gelap. Jika berubah menjadi hitam, tambahkan gula dalam jumlah yang sama untuk memulai proses fermentasi lagi.
  • Mungkin memiliki lapisan putih, hitam atau coklat di atas enzim, abaikan saja. Jika Anda menemukan lalat dan cacing dalam wadah, biarkan dan reaksi kimia enzim akan melarutkannya secara alami.
    Manfaatkan sepenuhnya residu enzim eco:
    a) Gunakan kembali untuk produksi berikutnya dengan menambahkan sampah segar.
    b) Gunakan sebagai pupuk dengan mengeringkan residu, campurkan dan dikubur di dalam tanah.
    c) Giling residu, tuangkan ke dalam mangkuk toilet, tambahkan gula merah dan siram untuk membantu membersihkan kotoran.
  • Eco enzyme tidak akan pernah kadaluwarsa. Jangan simpan di kulkas.
  • Jika setiap rumah tangga menggunakan sampah mereka untuk menghasilkan enzim ramah lingkungan, itu dapat menghentikan limbah dapur dari polusi tanah kita dan sementara itu mengurangi pemanasan global. Kita dapat membantu mengubah iklim!

For some FAQ (Frequently Asked Questions) bisa dicek disini.

Zero Waste Lainnya

Kolaborasi Zero Waste
Peta Minim Sampah
Campaign dan Program

Dapatkan juga produk dari Zero Waste

Jangan sampai kehabisan produk – produk dari kami.

Lihat Produk Kami

Artikel
Zero Waste Lainnya

Artikel lainnya yang kalian bisa baca untuk lebih menambah informasi
dan pengetahuan anda mengenai Zero Waste

July 30, 2023

Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Source image: wellmagazineasia.com          Banyak yang belum tahu kalau gaya hidup minimalis sebenarnya bisa diterapkan di skincare. Zaman sekarang, banyak yang menganggap untuk menjaga kulit wajib memakai

Baca Selengkapnya
Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
April 30, 2023

Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia

Dapatkan paket meeting berkelanjutan dengan harga terjangkau dan fasilitas lengkap. Jadikan pertemuanmu bermakna. Cek lebih lanjut disini!

Baca Selengkapnya
Manfaat Kompos Untuk Tanaman
April 29, 2023

Manfaat Kompos Untuk Tanaman

Pelajari manfaat kompos yang luar biasa untuk lingkungan dan pertanian. Buat tanah subur dan jaga bumi kita tetap sehat. Temukan tips disini!

Baca Selengkapnya

Cara Memilah Sampah – Jawaban dari pengganti Plastik sampah

4 min read

Bagikan artikel ini

  • Icon Whatsapp

Masalah sampah di dunia adalah masalah urgent yang seolah tidak ada ujungnya. Alasannya simple: karena sampah adalah sesuatu yang selalu diproduksi oleh semua orang di dunia ini, setiap detik, setiap menit. Bagi mereka membuang sampah di tempat sampah adalah akhir dari permasalah mereka. Tapi sebetulnya adalah awal dari permasalahan sampah di dunia. Masih banyak yang belum sadar akan dampak buruk sampah pada kesehatan dan pada lingkungan.

Kita membuatnya. Kita bergantung padanya. Kita tenggelam di dalamnya – Nat Geo Indonesia

Fact: Separuh plastik yang ada di dunia ini diproduksi dalam 15 tahun terakhir (Source: Nat Geo Indonesia). Namun hari ini sekitar 8 juta ton plastik mencemari laut setiap tahun. Hal terbaik yang bisa kita bisa lakukan adalah menghindari plastik sekali pakai. Say No to Single Use Plastic. Kurangi sampah dengan cara berefleksi kebutuhan, menolak atau mencari alternatif pilihan lain. Kemudian sisa sampah yang masih dibuat bisa kita olah dan pisahkan.

Zero waste memang berarti harfiah nol sampah, tapi dalam kenyataannya tidak ada seorang pun yang membuat nol sampah. Sampah-sampah yang masih diproduksi dan dibuang ini yang akan kita bahas di artikel ini secara lebih lanjut. Kami mendapat sekali banyak pertanyaan di instagram, bagaimana dengan plastik yang biasa digunakan sebagai alas tempat sampah? Bagaimana cara membuang sampah yang benar? Bagaimana mengolahnya?

Sebelum memulai, saya pengen cerita soal permasalah di TPA dan mengapa sebisa mungkin kita mengurangi, memisah, mengolah, dan mengumpulkan dengan benar dari sisi kita sehingga tidak terlalu banyak mengirim sampah ke TPA.

Dengan keterbatasan dan makin bertambahnya jumlah penduduk, diperkirakan hanya sekitar 60% sampah-sampah di kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke TPA. Banyaknya sampah yang tidak terangkut dan tidak terlayani berakhir pada pembakaran sampah oleh penduduk atau parahnya lagi pembuangan secara sembarangan ke dalam sungai. Saat ini andalan utama dalam penyelesaian pengelolaan sampah di Indonesia adalah pemusnahan dengan penimbunan pada TPA. Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, R. Sudirman mengatakan sebagian besar tempat pembuangan akhir (TPA) di Indonesia masih dioperasikan secara open dumping yang cenderung mencemari lingkungan (Source: Ironi Permasalahan Sampah di Indonesia). Padahal, jika dikelola dengan baik bisa menghasilkan nilai ekonomis. Salah satu alasannya juga karena sampah yang didump tercampur semuanya dan tidak dipilah dengan baik dari awal. Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan dari sampah-sampah tersebut.

Apa yang kita bisa lakukan dengan sampah yang masih kita buat?

Nah sebetulnya hal ini berkaitan dengan sudah tidaknya kita memilah sampah dengan benar.

Organik (atau sampah basah): Sampah ini terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara alamiah/biologis dan terdiri menjadi 2 yaitu:

  • Hijau (sisa dari sayuran hijau, nasi, kulit sayuran, buah-buahan dan lainnya)
  • Hewani (tulang ikan, ayam, daging, kulit hewan, telur, seafood)

Sampah organik ini bisa dibuat menjadi eco enzyme (untuk veggie dan buah) , veggie stock (untuk sisa-sisa sayur), kompos, dan biopori.

Anorganik (atau sampah kering): Sampah ini terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara biologis dan proses penghancurannya membutuhkan penanganan di tempat khusus. Contoh dari sampah ini adalah gelas, kaleng, koran, majalah, plastik, kardus, dll. Yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut

  • DIY upcycle atau repurpose
  • Ecobrick
  • Diberikan ke Bank Sampah (Contoh, koran, majalah, karton, kardus, kantong plastik, styrofoam)

Untuk berkelanjutan, baiknya sampah-sampah ini kemudian dipilah lagi saat akan diproses atau diberikan, disendirikan berdasarkan bahannya (Gelas, paper, plastik, dll)

Sampah B3 (Bahan berbahaya dan beracun): Sampah jenis ini merupakan limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun, misalnya limbah rumah sakit, limbah pabrik, dan lain-lain. Termasuk Elektronik. Sendirikan di wadah dan cari pembuangan khusus untuk membuang ini. Sampah Elektronik bisa dibuang di drop point ewasterj.

Selain di atas ada tambahan lain yaitu

Minyak jelantah

Jangan pernah menuangkan minyak ke saluran pembuangan dapur. Minyak sisa yang dibuang di wastafel dapat menyumbat pipa saluran air. Dalam kondisi yang lebih buruk, pembuangan minyak sisa di wastafel juga bisa mencemari saluran air di seluruh kota.

Minyak jelantah ini bisa disumbangkan, dengan sebelumnya didinginkan dan diletakkan ke dalam wadah. Ada beberapa titik yang membuatnya menjadi biodiesel yang lebih bersih. Biodiesel adalah bahan bakar nontoksin dan dapat terurai sehingga dapat menggerakkan mesin mobil sekaligus membantu lingkungan. Bisa dicek apjeti.com , belijelantah.com atau disini untuk info detail.

Cara lain yang dapat dilakukan agar sisa minyak tidak mencemari lingkungan adalah dengan menggabungkannya bersama limbah lain yang dapat menyerapnya.
Sekarang ini bahkan bisa dibuat DIY sabun dari minyak jelantah. Bisa di google dengan keywords “sabun dari minyak jelantah”.

Bekas pembalut dan diapers

Jaman dulu, ketika pembalut wanita hanya terbuat dari kapas, serat alami dan bahkan kain, darah menstruasi bisa dibilas dengan air, lalu sisanya dibuang ke tempat sampah. Sekarang, dengan inovasi butiran gel yang bisa mengembang, membilas pembalut bekas pakai adalah hal yang sungguh sulit, karena gelnya akan mengembang menyerap air. Belum lagi kimia yang dikandungnya, juga karena semuanya nyaman kita pun jadi malas membilas dan hanya membuang ke tempat sampah. Sayangnya belum banyak teknologi untuk memproses ini di TPA, maka beralihlah ke pembalut dan diapers yang reusable.

Tetra Pack

Tetra Pack sangat mendorong sampah yang berkelanjutan walaupun bahan dari packagingnya masih mengandung plastik, namun saat dikelola dengan baik, packaging bekas ini bisa diolah dan digunakan kembali. Cek disini

Drop box tetra pack adalah sebagai berikut

Lalu, bagaimana dengan pengganti alas plastik untuk sampah?

Saat sampah sudah dipilah dengan benar, makan kita tidak perlu lagi alas plastik. Kita bisa menggunakan koran, kardus, atau bahkan tanpa alas, langsung ke tempat sampahnya.

Pilahan Sampah

Minimal bisa ada 4 sampah/ wadah di rumah, yaitu wet, dry, kimia/elektronik, dan lainnya. Untuk kemudian dipilah lagi sebelum diolah sebagai berikut

  1. Wet untuk kompos
  2. Wet untuk ecoencyme dan/atau kaldu sayur
  3. Dry Paper
  4. Dry Glass
  5. Dry Plastic
  6. Dry Can
  7. Dry Tetra Pack
  8. Kimia atau elektronik

YUKKK bikin project rumah tangga. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi banyakk..

Bisa lihat ini, video yang sangat menarik mengenai TPA di Indonesia dan pentingnya sampah organik diolah dengan benar

Semoga bermanfaat yaa

Zero Waste Lainnya

Kolaborasi Zero Waste
Peta Minim Sampah
Campaign dan Program

Dapatkan juga produk dari Zero Waste

Jangan sampai kehabisan produk – produk dari kami.

Lihat Produk Kami

Artikel
Zero Waste Lainnya

Artikel lainnya yang kalian bisa baca untuk lebih menambah informasi
dan pengetahuan anda mengenai Zero Waste

July 30, 2023

Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Source image: wellmagazineasia.com          Banyak yang belum tahu kalau gaya hidup minimalis sebenarnya bisa diterapkan di skincare. Zaman sekarang, banyak yang menganggap untuk menjaga kulit wajib memakai

Baca Selengkapnya
Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
April 30, 2023

Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia

Dapatkan paket meeting berkelanjutan dengan harga terjangkau dan fasilitas lengkap. Jadikan pertemuanmu bermakna. Cek lebih lanjut disini!

Baca Selengkapnya
Manfaat Kompos Untuk Tanaman
April 29, 2023

Manfaat Kompos Untuk Tanaman

Pelajari manfaat kompos yang luar biasa untuk lingkungan dan pertanian. Buat tanah subur dan jaga bumi kita tetap sehat. Temukan tips disini!

Baca Selengkapnya

Zero Waste Pep Talk with Gitte Dalberg-Larsen: Denmark, Entrepreneurship, and Women Hygiene

6 min read

Bagikan artikel ini

  • Icon Whatsapp

As a tribute to women out there and as a part of our #zerowastepeptalk, we have had the opportunity to talk with Gitte Dalberg-Larsen – the co-owner of OrganiCup, who has been actively developing OrganiCup to be one of the most popular menstrual cup brands. OrganiCup has evolved from a product that people strangely looked at 6 years ago to a product that people search for especially following zero waste lifestyle trend recently.

For Gitte, making products that are kind to the environment and make a meaningful difference to people’s live mean so much, in which motivates her to join and grow OrganiCup together with the other two owners. With such passion, she decided to leave her corporate job a few years back and to focus, not only to entrepreneurial world, but also to a valuable and meaningful business.

OrganiCup is a product that zerowaste.id has been carrying since the beginning, because of its good review, clean design – typical Scandinavian touch, the good job it carries, and its affordable price compared to other brand without giving up its quality. It’s an honour to continue bringing the product to Indonesian market and especially to connect with Gitte personally. You can buy the product here.

In addition, it is very rewarding as well to hear that OrganiCup is currently working with various NGOs to distribute free OrganiCups and providing menstrual hygiene education in Africa. It’s part of OrganiCup’s broader mission to change the way periods affect women’s lives, their bodies and the environment.

Access to affordable and hygienic period products is a huge, global problem. Every month, millions of women have to turn to rags, plastic and even sand, to manage their periods. And for school-aged girls, this often means they skip school, missing out on a staggering 20% of their education. It’s a problem that we are passionate about changing.

How is it to live in Denmark, is it easy to live sustainably?

Life in Denmark is good – and the Danish population has been voted among the happiest in the world several times. We live in a safe country with a welfare state that secures free education, free hospitals, etc. It is definitely my impression that the Danish population is getting more and more occupied with sustainable living – eating healthy, using products with minimal chemicals, reducing waste and plastics etc.

Actually, organic sales in Denmark continue to set a record. For instance, from 2016 to 2017 the organic food sale increased with 31 %. Moreover, more than half of the Danes – more specifically 51.4 percent – buy organic food every single week. Today, Denmark is the country in the world where the sales of organic products make up for the largest part of the overall sales – 13.3% in 2017 numbers.

How long have you been in entrepreneurship? How did you get your entrepreneurial spirit?

I only took the step into entrepreneurship some years ago, but I guess I had it in me for much longer than that – I just didn’t take the big step before that. Previously, I was working in a big, international cosmetics company for many years, but I got tired of the corporate, political organisation where it is sometimes takes much too long for decisions to be made. It is much more satisfying to be part of a smaller, more agile organisation where it doesn’t take long from thought to action. And it is extremely satisfying to build a business on you own and with your partners and a small, dedicated team.

How did you start OrganiCup? What is the story behind it? 

OrganiCup was founded in Copenhagen in 2012 by William Ravn and Kristian Meincke.

It began because a Danish national paper wrote a few articles about the menstrual cup and the great perspectives of it. William Ravn who is an entrepreneur within furniture and product design saw a big potential in creating a menstrual cup with a nice product design and appealing packaging that would appeal to a large group of girls and women all over the world.

In 2016 I joined William and Kristian as co-owner of the company. Together we wanted to spread the word and usage of the menstrual cup internationally and change then menstrual habits of girls towards a healthier, more convenient and sustainable solution.

Why menstrual cup? Where did you get the inspiration from?

We like the idea of products that are kind to the environment and make a meaningful difference to people’s lives. Often, products either make a small difference for a lot of people or a significant difference for just a few. With OrganiCup we had the capacity to do both. It is incredible that you have a menstrual hygiene industry that impacts half of the earth’s population but has seen so little change over the past 50 years. It’s incredibly rewarding to be able to contribute towards changing that.

Furthermore, access to affordable and hygienic period products is a huge, global problem. Every month, millions of women have to turn to rags, plastic and even sand, to manage their periods. And for school-aged girls, this often means they skip school, missing out on a staggering 20% of their education. It’s a problem that we are passionate about changing. We’re currently working with various NGOs on distributing free OrganiCups and providing menstrual hygiene education and cup instructions in South Africa, Kenya and soon Namibia. There’s also lots to be done in industrialized countries and we’ve recently partnered with a UK-based NGO on providing menstrual hygiene education and free OrganiCups to girls from low-income families who skip school during periods because they can’t afford menstrual products. It’s part of OrganiCup’s broader mission to change the way periods affect women’s lives, their bodies and the environment.

What is your way to have less waste other than using menstrual cup?

Using a menstrual cup is probably one of the biggest contributions to saving waste a woman can do. In a lifetime a woman throws out approx. 11.000 pads and tampons. That is a huge number if you start multiplying that with all women on the planet.

Furthermore, I try to reduce the use of plastic in my everyday – i.e. by using reusable bags when shopping instead of buying disposable bags every time, use glass packaging instead of plastic, try to reduce the food waste from my family household etc. I still wish that Danish supermarkets would ban plastic bags once and for all, and would stop packing vegetables and fruits into all that plastic wrappings etc. But I guess if we all take small steps it will mean a lot in the end.

What is the challenge in reducing waste based on your experience?

That it is going too slow… No, seriously, it takes time to change habits. E.g. for 6 years now we have been working on spreading the awareness of the menstrual cup, together with other cup brands as well. For 2 years now, we finally see that the changes are coming and that more and more girls know about OrganiCup and start using it, and what is really great is that they talk to their friends about it as well. So, it pays off to be persistent and patient.

What is your message to young generation who wants to be like you? 

First of all – don’t be afraid to make changes and break habits, esp. when it comes to your menstrual hygiene products. I meet so many young girls who want to live healthier and more sustainable and just need to the final push to do it.

Passion is energy. Feel the power that comes from focusing on what excites you – Oprah Winfrey

Get your OrganiCup here.

Interviewed by Maurilla

Written by Maurilla and Gitte

Zero Waste Lainnya

Kolaborasi Zero Waste
Peta Minim Sampah
Campaign dan Program

Dapatkan juga produk dari Zero Waste

Jangan sampai kehabisan produk – produk dari kami.

Lihat Produk Kami

Artikel
Zero Waste Lainnya

Artikel lainnya yang kalian bisa baca untuk lebih menambah informasi
dan pengetahuan anda mengenai Zero Waste

July 30, 2023

Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Source image: wellmagazineasia.com          Banyak yang belum tahu kalau gaya hidup minimalis sebenarnya bisa diterapkan di skincare. Zaman sekarang, banyak yang menganggap untuk menjaga kulit wajib memakai

Baca Selengkapnya
Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
April 30, 2023

Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia

Dapatkan paket meeting berkelanjutan dengan harga terjangkau dan fasilitas lengkap. Jadikan pertemuanmu bermakna. Cek lebih lanjut disini!

Baca Selengkapnya
Manfaat Kompos Untuk Tanaman
April 29, 2023

Manfaat Kompos Untuk Tanaman

Pelajari manfaat kompos yang luar biasa untuk lingkungan dan pertanian. Buat tanah subur dan jaga bumi kita tetap sehat. Temukan tips disini!

Baca Selengkapnya

Ecobricks

3 min read

Bagikan artikel ini

  • Icon Whatsapp

Dari namanya yang menarik dan unik, banyak dari kalian yang bertanya-tanya apa Ecobrick itu. Eco dan Brick? Bagaimana kedua kata itu bisa digabungkan? Apa manfaatnya? Artikel kali ini akan membahas sedikit banyak mengenai Ecobrick yang berhubungan erat dengan buangan sampah plastik kalian.

Apa sih sebenarnya Ecobrick itu?

“Eco” dan “brick” artinya bata ramah lingkungan. Disebut “bata” karena ia dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Maka dari itu ecobrick biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Eko-batu bata ini adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Juga dikenal sebagai Bottle Brick atau Ecoladrillo. Solusi limbah lokal ini mulai disebut Ecobrick oleh gerakan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia.

Banyak dari kita yang masih mengkonsumsi makanan atau produk apapun yang dikemas plastik. Kadang kita berusaha kreatif dan mengurangi sampah dengan membuat sabun sendiri di rumah contohnya, tapi bahan-bahan yang digunakannya pun masih menggunakan plastik. Juga tidak mudah untuk begitu saja meninggalkan 100% plastik karena faktanya produk di dalam supermarket hampir 90% sudah dikemas dalam sebuah bungkusan yang sebagian besarnya adalah kemasan plastik.

Jika reuse dan reduce sudah sangat sulit, maka ecobrick merupakan solusi. Ecobrick mampu memberikan kehidupan baru bagi limbah plastik. Ecobrick adalah cara lain untuk utilisasi sampah-sampah tersebut selain mengirimnya ke landfill (pembuangan akhir). Dengan ecobrick kita memiliki kesempatan untuk mengubah pengorbanan komunitas dan ekosistem dalam mencerna plastik. Kita dapat mengubah plastik menjadi bermanfaat bagi masyarakat dan ekosistem setempat. Karakteristik plastik yang sangat bermasalah digunakan yaitu longevity dan durability malah menjadi sesuatu yang dicari.

Source: ecobrick.org

Apa manfaat Ecobrick?

Dengan ecobrick, sampah-sampah plastik ini akan tersimpan terjaga di dalam botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung, tertimbun dan lain-lain. Teknologi ecobrick memungkinkan kita untuk tidak menjadikan plastik di salah satu industrial recycle system, dengan begitu akan menjauhi biosfer dan menghemat energi. Ecobrick menjaga bahan-bahan plastik tersebut melepaskan CO2 yang pada akhirnya akan menyumbang pemanasan global.

Ecobrick biasanya digunakan untuk membuat furnitur modular, perabotan indoor, ruang kebun, ruang hijau, dinding struktur dan bangunan seperti sekolah dan rumah. Bisa dapat ide dari sini.

Jika malas memikirkan projek dan tidak mau repot, sekarang ini banyak juga bank sampah yang menerima ecobrick dan bisa ditukar dengan uang. Selain itu bisa cek informasi drop off disini.

Source: pinterest

Bagaimana cara membuat Ecobrick?

Botol plastik apa pun dapat digunakan untuk membuat Eco-brick, tetapi botol yang paling tepat untuk digunakan ditemukan berukuran 500 ml. Siapkan botol plastik, sampah non organik dan non biologi, gunting dan kayu/tongkat untuk memadatkan.

Walaupun terlihat mudah, namun pada proses pembuatannya ada beberapa hal yang perlu diketahui

  • Botol harus dalam keadaan bersih dan kering
  • Sampah plastik pun harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ecobrick
  • Putar dan tekan-tekan tongkat dan pastikan bahwa isinya padat dan merata di seluruh botol. Ini membantu memastikan bahwa botol tidak memiliki rongga dan memiliki sifat padat yang mirip dengan balok beton.
Untuk menguji kepadatan, kita bisa menekan botol dari luar. Ecobrick yang baik adalah saat botol tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan bunyi ketika ditekan.
Source: pinterest

Apa saja yang bisa dimasukkan ke dalam Ecobrick?

Check out this website.. Ada bahasa indonesia-nya juga lho dan sangat informatif.

Featured image is by ecobrick.org

Zero Waste Lainnya

Kolaborasi Zero Waste
Peta Minim Sampah
Campaign dan Program

Dapatkan juga produk dari Zero Waste

Jangan sampai kehabisan produk – produk dari kami.

Lihat Produk Kami

Artikel
Zero Waste Lainnya

Artikel lainnya yang kalian bisa baca untuk lebih menambah informasi
dan pengetahuan anda mengenai Zero Waste

July 30, 2023

Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Source image: wellmagazineasia.com          Banyak yang belum tahu kalau gaya hidup minimalis sebenarnya bisa diterapkan di skincare. Zaman sekarang, banyak yang menganggap untuk menjaga kulit wajib memakai

Baca Selengkapnya
Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
April 30, 2023

Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia

Dapatkan paket meeting berkelanjutan dengan harga terjangkau dan fasilitas lengkap. Jadikan pertemuanmu bermakna. Cek lebih lanjut disini!

Baca Selengkapnya
Manfaat Kompos Untuk Tanaman
April 29, 2023

Manfaat Kompos Untuk Tanaman

Pelajari manfaat kompos yang luar biasa untuk lingkungan dan pertanian. Buat tanah subur dan jaga bumi kita tetap sehat. Temukan tips disini!

Baca Selengkapnya

Zero Waste Pep Talk with Astri Puji Lestari: Atit dan Sustainable living

4 min read

Bagikan artikel ini

  • Icon Whatsapp

Astri Puji Lestari atau yang akrab disapa Atit adalah wanita ramah yang senang berbagi ilmu dan sangat inspiratif dalam menjalani hidup minim sampah. Bagi kalian yang sudah atau baru akan memulai hidup zero waste, pasti tidak asing dengan namanya. Atit memiliki Instagram (@atiit) dengan followers yang meningkat secara konstan tiap harinya. Di tengah kesibukannya, Atit juga punya blog yang rajin diisi dengan berbagai macam topik seputar kehidupan sehari-hari nya juga apa yang dia pikirkan terkait hidup yang sustainable dari hari ke hari. Atit juga menjadi kontributor tetap di lifestyle website, Living Loving.

Di suatu siang, salah satu dari kami di zerowaste.id menemuinya di suatu Café organic pilihan Atit di Jakarta Selatan. Dengan semakin berkembangnya konsep zero waste di Indonesia, blog dan instagramnya sudah sering dijadikan referensi terlebih untuk yang hidup di kota besar seperti Jabodetabek dan Bandung dimana tingkat konsumerisme-nya yang sangat tinggi. Tapi, dengan banyaknya berbagai pilihan hidup, memulai dari diri sendiri adalah sebuah pilihan yang bisa kita kontrol dan kita jalani. Yap, because Sustainability starts with you.

Yang sudah mengikuti Atit dan baca tulisan-tulisannya, pasti selalu terinspirasi dengan banyaknya ide-ide Atit dalam menjaga rumahnya tetap terorganisir dan pada akhirnya minim sampah. Ternyata wanita murah senyum ini memiliki background arsitek juga. Nggak heran jika rumahnya selalu kece dan super organized juga bisa memaksimalkan lahan rumah.

Atit sudah menjalani kehidupan ini beberapa tahun belakangan. Beberapa kali dia juga didapuk menjadi mentor di beberapa kuliah whatsapp di kalangan ibu-ibu muda di area-area di Indonesia. Juga menjadi pembicara di beberapa event-event green di Jakarta.

Kami beruntung bisa bertemu Atit secara langsung. Pep talk with zero waster ini bertujuan untuk mengulik para pelaku zero waste yang sudah melangkah jauh didepan dan bisa dibilang berhasil untuk hidup minim sampah. Yang kemudian tujuannya untuk share ke kalian-kalian pembaca agar memotivasi dan semakin semangat.

Penasaran pengen tau apa yang membuat Atit memilih hidup minim sampah dan bagaimana hidup yang lebih sustainable merubah hidup Atit dan lingkungan sekitarnya? Mari langsung kita ulik dari 5 pertanyaan di bawah ini!

Kenapa sih isu ini penting untuk Atit and why you finally decided to live in more consciously sustainable?

Karena ego sentrisku. Aku besar di kota Bandung dimana ada orang tua dan asisten rumah tangga yang bantu kehidupan aku. Begitu aku pindah ke Jakarta untuk­­ hidup yang lebih mandiri, disitulah aku berusaha mencari pola hidup yang bisa mempermudah hidupku. Awal hidup mandiri jauh dari keluarga di Bandung aku ngerasa semakin banyak nyampah tapi buat aku tersadar untuk semakin bertanggung jawab untuk kurangin sampah. Dari situ aku berusaha mencari banyak tau dan randomly cek Tedx dan Pechakucha yang mengantarkan aku ke The Minimalist. Dari situ aku coba rubah pola pikir untuk hidup minim sampah dan step pertama adalah kenalan sama nafsu. Yap, nafsu diri sendiri salah satunya untuk merasa cukup. Selain itu, dari kecil aku memang tertarik isu lingkungan.

What are you enjoying the most?

What I am enjoying the most is actually unlocked my value. Dari pola hidup ini aku jadi mendapat banyak pengalaman – pengalaman baru dan rasanya lebih sesuai dengan tujuan hidupku. Aku juga jadi banyak belajar nutrisi juga dan seneng bisa terus belajar hal baru dari perjalanan minim sampah ini.

Diambil dari blog astripujilestari.com

How did you find your passion from architecture to sustainability?

Menjalani sesuatu dengan passion itu nggak pernah salah karena pakai hati dan ikhlas. Pada akhirnya nanti akan menemukan passion-passion lain seperti minimalism yang juga berelasi dengan low impact dan sustainabality.

Diambil dari blog astripujilestari.com

What are you hoping to achieve? Mimpi yang ingin dicapai dari ini?

Aku pengen hidup yang bisa ada manfaat nya untuk orang lain. Karena orang yang paling baik kan yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Dan aku mau bermanfaat tanpa terkesan menggurui. Aku bersyukur bisa dapet kesempatan sharing sama banyak orang yang tertarik juga menjalani hidup yang lebih sustainable ini.

Selain itu, kebetulan kami belum dikarunai anak, Tuhan kasih rejeki-rejeki lewat hal lainnya. Saat ini aku dikasih waktu untuk banyak belajar dan mempersiapkan diri untuk jadi Ibu yang baik dan bisa memberikan contoh pola hidup yang baik untuk anak.

What will you do after this, Atit?

Banyak nih. Salah satu nya nulis buku.

Pic: Zerowaste.id/Kirana/2018

Any tips how we start sustainable living?

Mulai sedikit demi sedikit dan dari sekarang. Dari kecil, aku dididik bukan dipersiapkan jadi pemenang tapi untuk jadi pelajar dan terus belajar. Jadi, jangan takut gagal karena khawatir tidak menerapkan pola minim sampah dengan sempurna. Do your trial and error.

Diambil dari blog astripujilestari.com

Diskusi singkat dan menyenangkan itu dipenuhi canda tawa dan pastinya memotivasi untuk hidup semakin minim sampah. Dan semoga tulisan ini menginspirasi kalian untuk memulai dan sedikit demi sedikit hidup review kebutuhan dan mengurangi sampah. Karena hidup minim sampah adalah sebuah perjalanan.

Interviewed by: Kirana Agustina

Written by: Kirana dan Maurilla

“Every single change begins with one step of each person who believe in what they do”

Zero Waste Lainnya

Kolaborasi Zero Waste
Peta Minim Sampah
Campaign dan Program

Dapatkan juga produk dari Zero Waste

Jangan sampai kehabisan produk – produk dari kami.

Lihat Produk Kami

Artikel
Zero Waste Lainnya

Artikel lainnya yang kalian bisa baca untuk lebih menambah informasi
dan pengetahuan anda mengenai Zero Waste

July 30, 2023

Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Source image: wellmagazineasia.com          Banyak yang belum tahu kalau gaya hidup minimalis sebenarnya bisa diterapkan di skincare. Zaman sekarang, banyak yang menganggap untuk menjaga kulit wajib memakai

Baca Selengkapnya
Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
April 30, 2023

Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia

Dapatkan paket meeting berkelanjutan dengan harga terjangkau dan fasilitas lengkap. Jadikan pertemuanmu bermakna. Cek lebih lanjut disini!

Baca Selengkapnya
Manfaat Kompos Untuk Tanaman
April 29, 2023

Manfaat Kompos Untuk Tanaman

Pelajari manfaat kompos yang luar biasa untuk lingkungan dan pertanian. Buat tanah subur dan jaga bumi kita tetap sehat. Temukan tips disini!

Baca Selengkapnya

Recent Posts

  • Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron
  • Paket Meeting Berkelanjutan oleh Conrad Hilton Bali dan Zero Waste Indonesia
  • Manfaat Kompos Untuk Tanaman
  • Apakah Peraturan Pelarangan Thrifting Import Sudah Tepat?
  • Zero Waste Dari Sudut Pandang Agama Islam

Recent Comments

  1. Dang k'y binance on Apa itu Jejak Karbon?
  2. skapa ett binance-konto on Tips Zero Waste Pet – Kucing Peliharaan
  3. BLACK SEO LINKS, BACKLINKS, KONTOL FOR MASS BACKLINKING – TELEGRAM @SEO_LINK on Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron
  4. xnxx.com on Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron
  5. xnxx.com on Tips Memilih Skincare Ramah Lingkungan Ala Maurilla Imron

Archives

  • July 2023
  • April 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • October 2022
  • July 2022
  • June 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • September 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018

Categories

  • Easy Swap
  • Event Zerowaste Indonesia
  • Food Waste
  • Guest Blogger
  • Knowledge
  • Manajemen Sampah
  • Minim Sampah di Kantor
  • Minim Sampah di Kost
  • Minim Sampah Rumah Tangga
  • Siaran Pers
  • Uncategorized
  • Zero Waste Bathroom and Cleaning
  • Zero Waste Business
  • Zero Waste Fashion
  • Zero Waste for Beginners
  • Zero Waste Health and Beauty
  • Zero Waste Holiday
  • Zero waste Lifestyle
  • Zero Waste Mom
  • Zero Waste Pep Talk
  • Zero Waste Pet
  • Zero Waste Recipes
  • Zero Waste Thoughts
  • Zero Waste Wedding
  • Zerowaste

Ayo bergabung bersama kami

Jadilah yang pertama mengetahui update komunitas kami termasuk penawaran khusus dari shop kami!

Bergabung Sekarang

Zero Waste Indonesia adalah ONE-STOP-SOLUTION platform untuk gaya hidup zero waste. Saatnya untuk memulai sekarang!

Produk Zero Waste

  • Shop
  • 12 Best seller products
  • Frequently Asked Question (FAQ)
  • Konfirmasi Pembayaran
  • Product wish (Request)
  • Syarat dan Ketentuan

Zero Waste Collab

  • Kontak
  • Collaboration
  • Speaker
  • Be a contributor
  • Recruitment

Global Food Waste Counter

  • Home
  • Tentang Kami
  • Articles
  • Contact

© 2025 Zero Waste Indonesia.

All rights reserved. Jasa Pembuatan Website oleh Agensi Digital Marketing Whello

Zerowaste Indonesia uses functional cookies and cookies for the management of web statistics, advertisements and social media. By using our website you agree to these cookies and similar techniquesOkPrivacy policy