Sudah cukup lama zerowaste.id ingin berbincang dengan Pieta, panggilan akrab dari Siska Nirmala atau yang dikenal dengan Zerowasteadventure. Di awal Desember kemarin akhirnya kesampaian untuk ngobrol secara langsung. Buat yang belum tahu, Pieta adalah wanita dibalik Zerowasteadventure. Zerowasteadventure sendiri adalah pergerakan pribadi yang Pieta lakukan, sebagai bagian dari pergerakan global Zero Waste. Zerowaste adventure adalah bentuk kegelisahan pribadi Pieta terhadap permasalahan sampah.
“Budaya harus dilawan dengan budaya, ayo lawan budaya hidup konsumtif dan menghasilkan banyak sampah, dengan menerapkan gaya hidup zero waste. Karena cara bijak mengatasi masalah sampah adalah jangan memproduksinya” – Pieta
Jadi sebenernya apa sih Zerowaste adventure ini dan bagaimana latar belakangnya?
Saat pendakian ke Gunung Rinjani di bulan September tahun 2010, kebetulan Gunung Rinjani habis terbakar. Karena sedang tidak ada rumput, jadi sampah yang di tanah kelihatan semua dan terlihat sangat banyak. Dari bungkus makanan, tisu bekas, styrofoam, botol plastik dll. Disitu kegelisahan mulai muncul. Kemudian saya melihat ke diri saya sendiri, seperti kebanyakan pendaki, saya pun salah satu yang membawa banyak perbekalan walaupun tidak dibuang sembarangan, tapi begitu turun sudah pasti membawa kembali banyak sampah.
Di tahun 2012, saat mendaki Gunung Semeru pun masalah yang sama mengingatkan saya kembali bahwa saya tidak bisa tinggal diam. Saat dari Gunung Semeru, saya membawa turun satu kantong plastik besar botol air mineral dan satu kantong sampah perbekalan yang lain. Dan saat itu pula saya menyadari bahwa membawa turun sampah tidak otomatis menuntaskan masalah. Karena itu hanya memindahkan masalah.
Darimana inspirasi nama Zero waste adventure?
Sekitar akhir tahun 2012, saat sedang mengobrol dengan salah seorang teman dari Mapala saya di kampus, Mahacita UPI, namanya Indra. Dia teman main saat ke Gunung Semeru. Saya cerita ke dia soal kegelisah soal sampah waktu ke Rinjani dan Semeru. Waktu itu konsep yang kepikiran adalah responsible travel, tapi rasanya belum utuh.
Indra yang kemudian menyimpulkan kegelisahan saya “kenapa gak coba zero waste waktu naik (gunung)?”. Karena sebelumnya dia tahu, saya pernah ikut pelatihan zero waste di YPBB Bandung.
Dari perbincangan itu, Zerowasteadventure lahir. Dari sekadar jawaban kegelisahan saya, yang sekarang berkembang jadi gerakan individual
Bagaimana cerita singkat dari ekspedisi ini sendiri?
Jadi ekspedisi pertama dimulai di tahun 2013 di Gunung Gede, Bogor. Dengan beberapa orang yang saya ajak untuk naik gunung tanpa sampah, kami mengganti perbekalan yang biasanya instan dengan buah-buahan, sayur, abon, bakso yang dibungkus dengan kotak, dan air minum botol. Kemudian sampahnya dipilah dan dicari jalan keluar, kulit buah dikubur kembali ke dalam tanah agar menjadi kompos, biji dibawa pulang agar tidak tumbuh dan merusak ekosistem Gunung Gede. Kemudian ekspedisi dilakukan selama 2 tahun dari 2013-2015 ke 5 gunung.
Semua bahan dibawa dengan kantong kain dan kotak. Di setiap ekspedisi, saya selalu mengajak orang yang berbeda sehingga lebih banyak orang yang mengurangi sampah.
Adakah organisasi yang juga gelisah dan kemudian membuat kebijakan masalah sampah di gunung?
Memang kan sebenarnya permasalahan sampah ini tidak hanya datang dari pendaki melainkan dari porternya sendiri. Di Rinjani itu contohnya, hampir tidak mungkin tidak menggunakan porter apalagi Rinjani terkenal dengan servis porternya yang tinggi.
Saat ini ada APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia), yang baru mulai 2 atau 3 tahun yang lalu mengeluarkan sertifikasi khusus untuk pemandu-pemandu. Mulai tahun lalu mengedukasi porter di Rinjani. Jadi tidak hanya sertifikat melainkan juga bagaimana menanggulangi sampah. Memang sekarang ke arah yang lebih baik, tapi butuh waktu yang cukup lama. Daripada menunggu, kenapa kita sebagai pendaki tidak lebih dulu mengedukasi diri sendiri.
Banyak yang beranggapan zerowaste ini ribet, apalagi harus naik gunung dengan zerowaste, gimana menurut Pieta?
Biasanya saya selalu tanya balik, naik gunung ribet atau tidak. Kebanyakan jawabnya adalah iya, nah kenapa naik gunung? Karena seneng. Sama sebenarnya, semuanya adalah soal mindset. Orang yang tidak suka naik gunung akan melihat orang-orang yang suka naik gunung ribet. Dari standar operasional, perbekalan dan lain-lain. Tapi karena melakukannya senang hati, jadi effort lebih yang dibuat pun akan tidak terasa menjadi beban.
Saya pakai metode naik gunung itu bukan tanpa alasan. Sebenernya yang saya mau kampanyekan itu bukan adventure-nya tapi zerowaste nya. Karena kalau saya hanya memberi tahu soal zerowaste, tidak akan mudah diterima.
Apakah perbedaan mendaki dulu dan sekarang?
Saya sebenarnya lebih suka panjat tebing daripada naik gunung. Tapi ini jadi motivasi, karena ada zerowaste, saya jadi ada alesan naik gunung untuk berkampanye.
Untuk perbedaan sih yang paling prinsip yaitu dari perbekalan. Karena memang dari situlah sampah paling banyak dihasilkan. Sebenarnya alasan banyak sampah adalah bukan karena pendaki banyak tapi karena perilaku manusia yang terbiasa dengan makanan atau minuman serba instan. Seperti mie instan, makanan kaleng, minuman kemasan. Jadi, semua yang berbau instan, kita cari substitusinya. Kalau biasa bawa mi instan untuk hangat-hangat, maka kita cari pengganti yaitu sup. Dengan bahan sayuran, bakso, atau bikin sayur asem. Yang penting hangat di cuaca dingin. Mi instan enaknya kan karena hangatnya itu. Yang bisa disubstitusi ya disubstitusi, yang tidak perlu ya dieleminasi.
Gimana menggambarkan Pieta dalam keseharian? Hal apa saja yang dilakukan untuk mengurangi sampah?
Saya belajar zerowaste dari 2011, sudah banyak hal yang saya eleminasi terutama adalah makanan. Makanan kemasan sudah tidak mengkonsumsi sama sekali. Selama 6 tahun ini berproses, pola makan saya pun juga jadi berubah dari yang dulu ke yang lebih sehat. Mindset saya sebenarnya bukan makan sehat-nya tapi menghindari sampah-nya. Yang penting makan 3 kali sehari, nyemil buah-buahan, kalau jajan bawa wadah sendiri, diluar itu saya tidak beli apa-apa lagi. Yang sulit dihindari adalah budaya Indonesia, kalau ada yang datang kerumah bawa sesuatu. Tapi semuanya bertahap, mulainya dari mi instan dulu, satu tahun. Terus minuman kemasan butuh 1 tahun. Ada cerita lucu, saya sudah lama tidak mengkonsumsi mi instan, suatu hari saya cheating beli mi goreng, dan rasanya pahit. Saya kira karena kadaluarsa tapi karena badan dan lidah yang sudah tidak pernah memakan itu, jadi secara natural menolak. Tubuh jadi lebih sensitif karena sudah terbiasa.
Di rumah, saya biasanya belanja tidak terlalu banyak. Karena kalau terlalu banyak takutnya jadi busuk. Ada juga hari-hari dimana saya tidak masak sama sekali, disesuaikan saja dengan kegiatan. Karena nerapin zerowaste, masak jadi lebih simple dan sederhana. Dan kunci paling pentingnya adalah perencanaan.
Kalau keluar rumah apa aja yang selalu dibawa-bawa?
Botol minum, wadah makan kosong, tempat makan, karena saya kerja jadi tidak selalu bawa semua kalau pergi di kantor. Disesuaikan saja dengan hari itu mau kemana dan ngapain. Kuncinya sekali lagi adalah perencanaan.
Setelah sekarang sibuk menjadi pembicara, aktif di youtube, Instagram, juga menjadi penulis, what’s next untuk Zerowasteadventure?
Karena selama ini pembahasan mengenai pendakian gunung lebih ke permukaan, saya ingin bikin kelas yang membahas lebih dalam lagi. Mengenai cara packing, perbekalan, penghitungan kalori dan sebagainya. Jadi benar-benar prakteknya untuk para pendaki gunung.
Buku Zerowasteadventure yang edisi kedua akan keluar tahun ini dan yang volume 2 juga akan mulai digarap, akan sedikit berbeda dengan adventure tahun lalu. Ditunggu ya!
Pesan-pesan untuk anak muda yang ingin memulai gaya hidup ramah lingkungan?
Kalau sudah mulai merasa gelisah dengan sampah, itu bagus. Tapi jangan langsung berpikir jauh untuk merubah dunia. Sampah itu masalah global tapi butuh solusi lokal. Ubah saja perilaku dari diri sendiri, itu role kamu untuk merubah dunia. Global problem needs a local solution.
Global problem needs a local solution. Mulai dari diri sendiri. – Pieta
Disini kamu bisa mengikuti perjalanan zerowasteadventure
Instagram: https://www.instagram.com/zerowasteadventure/
Youtube: https://www.youtube.com/user/Pieta275
Blog: http://www.zerowasteadventures.com/