Saya ingin anak saya pintar menghitung dan lancar membaca sehingga saya ngotot mengejar kemampuan akademis sedini mungkin. Sementara penerapan kecakapan hidup sehari-hari kerap kali luput dari pengajaran di rumah. Padahal kecakapan atau keterampilan hidup merupakan esensi pendidikan supaya anak tumbuh, beradaptasi dan berfungsi dalam kehidupan.
Contoh sederhana, kebiasaan menyisakan makanan dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Setiap hari orang tua ngomel dan ngedumel lha kok ada bungkus biskuit dilaci meja atau bahkan nyempil di sofa. Tapi tidak mengedukasi anak dengan benar sehingga anak tidak ada kesadaran dan terus mengulangi. Saya yakin banget, ibu dengan anak usia 4-7 tahun tahu rasanya seperti apa ya?
Bicara soal kepedulian anak terhadap lingkungan tempat tinggalnya memang menjadi topik yang sedang diangkat bersama, baik oleh pemerintah maupun swasta. Tujuannya tentu saja supaya generasi muda kita nih punya kepedulian terhadap bumi dan lingkungan. Supaya Indonesia bisa terus mengurangi produksi limbah dan sampah. Supaya bumi lebih sehat dan terus memberikan manfaat.
Bertepatan dengan perayaan Hari Anak Nasional, PT Wasteforchange Alam Indonesia (Waste4Change) menggelar webinar bertajuk “Ajak Anak Pilah Sampah, Yuk!”. Tak sendiri, Waste4Change bersinergi dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) serta menggandeng Psikolog Klinis dari Rumah Dandelion dan Zero Waste Indonesia pastinya.
PR kita sebagai orang tua sekaligus bagian dari masyarakat luas memang besar. Terlebih saat mengetahui minimnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sampah. Ajakan saja tidak cukup, butuh edukasi mendalam dan intensif supaya mereka tidak hanya tau cara membuang sampah tapi termotivasi untuk menguranginya.
Saya sempat mengikuti salah satu program pelatihan “Sampahku, Tanggung Jawabku” yang dilakukan kepada ratusan Sekolah Dasar tahun 2019. Teringat salah satu kepala sekolah asal Kalimantan mengatakan, lebih mudah mengajak anak melakukan kebaikan daripada mengajak orang tua. Sehingga sekolah-sekolah diharapkan dapat memasukan program pengelolaan sampah ini kedalam kurikulum maupun ekstrakulikuler.
Namun akan jauh lebih baik jika orang tua turut berperan di rumah sehingga ketika anak mendapatkan edukasi di sekolah, anak dapat mempraktekannya bersama orang tua di rumah. Sehingga 3 langkah yang disampaikan oleh Direktur Pengelolaan Sampah KLHK RI, Bapak Novrizal Tahar dapat dilakukan dengan efektif, diantaranya:
-
- Penyampaikan literasi baru “Sampahku, Tanggung Jawabku” yang sudah didistribusikan kepada Sekolah Dasar di Indonesia bahkan tersedia juga buku elektroniknya untuk diunduh gratis.
- Menerapkan gaya hidup minim sampah.
- Mengurangi sampah sisa makanan dengan cara membiasakan diri menghabiskan makanan.
View this post on Instagram
Edukasi Kelola Sampah untuk Anak Pra-Sekolah
Gimana kalau anaknya belum sekolah? Tenang ya Bu, jangan panik! Kita bahas lebih lanjut ya. Ibu Reti Oktani M.Psi, Psikolog Klinis Anak Rumah Dandelion menyampaikan konsep 3R untuk diterapkan di rumah yaitu:
-
Routine
Kamu pasti tau dong kalau anak-anak itu tumbuh dengan pengulangan? Begitu juga perilaku pengelolaan sampah ini, butuh pembiasaan dan pengulangan. Orang tua hendaknya menciptakan rutinitas memilah sampah setiap hari. Sekarang tidak cukup, anak mampu membuang sampah pada tempatnya saja, melainkan anak harus bisa memilah sampah.
-
Ritual
Orang tua bisa membuat ritual yang menarik untuk anak seperti membuat mainan edukatif berbahan barang bekas. Nah, konsep zero waste toys ini sudah dibahas diartikel sebelumnya, mulai dari ide barang bekas yang bisa digunakan, cara membuat hingga tujuan serta manfaat yang akan anak dapatkan dari mainan tersebut.
Tips yang selama ini saya terapkan di rumah yaitu setiap kali ada barang bekas yang bisa dipakai, saya langsung bersihkan lalu dikumpulkan di satu tempat bersih dan tertutup. Sehingga ketika saya tiba-tiba punya ide membuat mainan edukatif tertentu, saya tidak perlu repot lagi mencari barang-barang tersebut dan pastinya sudah bersih.
-
Rules
Aturan perlu dibuat di rumah sesuai dengan kesepakatan antar anggota keluarga, termasuk anak-anak. Misalnya, kesepakatan memilah sampah dan membuangnya dengan tepat supaya ngga ada lagi deh kejadian menemukan harta karun alias nemu bungkus biskuit di sela-sela sofa hihi.
Berikutnya yaitu aturan untuk menghabiskan makanan. Anak-anak nih selalu ada aja alasan untuk menyisakan makanan. Tiba-tiba pedas lah, padahal dari awal aman-aman aja tuh makan. Dengan adanya aturan dan kesepakatan, anak akan lebih aware dan bijak memperlakukan makanan.
Hal ini saya rasakan sendiri manfaatnya lho. Mengambil makanan sesuai dengan porsinya, secukupnya. Jika masih kurang, nanti bisa nambah lagi, daripada makan banyak tapi tidak dihabiskan. Tidak hanya mengurangi sampah sisa makanan, anak-anak juga belajar mengukur diri dan bertanggung jawab.
Edukasi Peduli Lingkungan untuk Balita
Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Kak Mauril, sebagai Founder ZWID yang menjadi narasumber webinar Hari Anak Nasional. Kak Mauril mengatakan, bumi merupakan playground yang baik bagi anak untuk mempertajam kemampuan sensory mereka.
Anak memiliki horme atau motivasi tinggi untuk belajar tanpa diminta orang lain. Ketika anak diajak lebih dekat dengan alam, secara naluriah mereka akan melakukan eksplorasi sendiri. Mereka bergerak, menyentuh rumput, pasir dan menemukan binatang di alam bebas. Tanpa kita sadari, alam menstimulasi sistem sensorik anak.
Kita juga bisa mengajak mereka melihat pemandangan alam yang indah. Mengajarkan betapa Tuhan menciptakan bumi dengan sangat baik dan sempurna serta memberi manfaat untuk manusia. Sebagai rasa syukur, kita perlu merawatnya agar bumi tetap indah dan terus memberikan manfaatnya.
Berbeda dari anak Pra-Sekolah yang sudah bisa diajak diskusi. Anak usia 2-3 tahun ini bisa kita edukasi dengan hal-hal sederhana melalui pengenalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
- Mengajak anak membuang sampah pada tempatnya.
- Membiasakan anak untuk menghabiskan makanan.
- Mengajak anak berkebun dan merawat tanaman.
- Mengedukasi anak lewat cerita atau dongeng tentang bagaimana manusia menyayangi mahkluk hidup lainnya. Seperti tidak menginjak tanaman dan tidak melukai binatang.
- Mengajak anak untuk memilah sampah yang ada di rumah.
Hal-hal dasar seperti ini sangat berdampak terhadap kepedulian anak kepada lingkungan. Mari kita bersama-sama mengurangi produksi sampah mulai dari diri sendiri dan keluarga. Seperti yang Kak Muril katakan, children see children do!