Meneruskan dan mengembangkan bisnis yang telah dibangun oleh almarhumah sang ibu, Retno Savitri yang telah dimulai sejak 1998 menjadi pilihan bagi pasangan suami-istri Soraya Ayu Hapsari dan Ferry Setiawan untuk turun langsung mengelola bisnis keluarga yaitu Savitri Wedding yang berkecimpung pada bisnis pernak-pernik pernikahan, dan saat ini juga telah merambah pada produk-produk hampers dan gift melalui Savitri Gift. Baca lebih jauh mengenai mereka di sini
Bagaimana awal mula ketertarikan untuk melanjutkan bisnis yang minim sampah?
Pertama kali kami mencoba dengan menggunakan konsep minimalis di pernikahan kami sendiri, sebelumnya kami belum mengenal mengenai konsep less waste atau semacamnya karena saat itu kami ada keterbatasan anggaran jadi kami mencoba mencari alternatif dengan menggunakan barang-barang bekas atau barang-barang yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan menjadi dekorasi atau properti di pernikahan kami, karena kami percaya bahwa setiap benda masih memiliki kehidupan kedua untuk dapat dipakai kembali dan hasil penggunaan barang-barang tersebut masih tetap terlihat menarik. Bahkan, impresi orang-orang yang saat itu datang ke pernikahan kami mengira acara pernikahan kami membutuhkan biaya yang mahal padahal sebaliknya yakni lebih murah. Bermula dari situ kami mendapatkan ide untuk membuat konsep yang lebih ramah lingkungan di bisnis kami. Selain itu, kami juga merasakan sendiri manfaat dari less waste dan gaya hidup minimalis.
Darimana mendapatkan inspirasi untuk menerapkan bisnis minim sampah di Savitri Gift?
Bermula dari pernikahan kami saat itu, kami mencoba mencari beberapa referensi salah satunya dari barat, kami mencoba mengadopsi unsur craftsmanship dan mencarinya juga melalui internet. Kami juga mendapatkan ide-ide dari proses belajar dari para penggiat lingkungan dan kolaborasi dari komunitas-komunitas lain untuk saling bertukar ilmu.
Bagaimana mengolah limbah di Savitri Gift?
Sebelumnya, waktu pertama kali kami turun langsung mengelola bisnis ini, masih banyak sisa atau stock lama yang dahulu sering dipakai oleh almarhumah mamah (Retno Savitri), dan pada akhirnya kami mulai memilah-milah terlebih dahulu untuk mencari barang-barang yang masih bisa kita pakai, kemudian kami juga kerjasama dengan pengepul sampah di Jogja untuk mengolah sampah anorganik, kemudian untuk sampah organik seperti bunga atau sisa makanan kami masukan ke dalam lubang biopori.
Penjualan produk yang alami biasanya lebih cepat lapuk/expired, lalu bagaimana cara memperpanjang masa pakainya?
Untuk hal ini kami menyiasatinya dengan membeli ketika ada pesanan saja, jadi kami coba jelaskan juga ke supplier, contohnya seperti besek yang tidak tahan lama jika disimpan terlalu lama akan menimbulkan jamur jadi kami tidak menyimpan produk dalam jumlah yang banyak, sempat juga selotip kertas yang kami beli ternyata ada masa pakainya jadi kami akan lebih mencoba memperhatikan detail setiap produk.
Bagaimana dengan memasarkan produk-produk yang reusable yakni memiliki jangka waktu cukup lama untuk para customer membeli kembali, apakah ada kesulitan dalam menjalaninya?
Kami juga sempat terpikirkan akan hal ini, meskipun produk reusable punya waktu yang cukup lama bagi para customer untuk membeli kembali tapi kami percaya masih banyak orang yang belum menggunakannya dan menghadapi hal itu salah satunya dengan memperluas penjualan. Kami biasanya menggunakan media sosial dan website sebagai sarana edukasi dan informasi mengenai produk-produk kami. Namun yang terpenting bagi kami adalah kami dapat membangun bisnis yang lebih ramah lingkungan dan menyebarkan kebermanfaatan kepada sesama, karena kami percaya profit atau keuntungan akan datang dengan sendirinya.
Apa kendala atau kesulitan yang dihadapi selama menjalankan Savitri Gift?
Kami jadikan kendala atau kesulitan yang kami hadapi saat ini sebagai peluang baru untuk memberikan informasi dan edukasi ke lebih banyak orang, seperti saat ada customer yang memesan souvenir kami menyarankan untuk tidak memakai nama di souvenirnya agar lebih bisa dipakai, namun jika saran tersebut belum di terima ya tidak apa-apa, dalam menjalankannya kami mencoba untuk lebih santai dan tidak terlalu menjadikannya beban.
Hal yang paling berkesan dalam menjalani bisnis ini?
Beberapa waktu yang lalu kami berkolaborasi dengan vendor yang ada di Jogja untuk mengusung tema less waste yang disetujui dan rencananya akan dibuatkan simulasi atau percontohannya. Kemudian kami juga sudah menemukan bahan alternatif pengganti spons untuk dekorasi bunga yang dapat dibuat dari sabut kelapa, selain lebih ramah lingkungan juga lebih kuat.
Tips konsisten membangun bisnis ramah lingkungan versi Savitri Gift
- Menentukan value atau tujuan yang akan dijalani saat memulai bisnis.
- Menerapkan value tersebut pada diri sendiri terlebih dahulu, diterapkan sehari-hari hingga merasa nyaman dan saling sharing ke yang lain.
- Membiasakan value tersebut dalam beberapa waktu sebagai bentuk permulaan, karena jika kita sudah melakukannya dalam jangka waktu yang lama dan intensitas yang sering hal itu akan menjadi rutinitas.
- Terus belajar dan menerima ketidaksempurnaan dalam prosesnya dan mensyukuri setiap langkah kecil yang dilakukan, karena menerapkan minim sampah di bisnis atau di kehidupan sehari-hari bukanlah sebuah kompetisi karena itu perjalanan pribadi bukan hanya mengurangi sampah tapi juga menemukan hal esensial dalam hidup.
- Berkomunitas saling sharing dan belajar serta tetap percaya ketika kita bermanfaat rezeki akan mengikuti, yang terpenting adalah hal apa yang bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri dan orang-orang sekitar kita terlebih lagi pada lingkungan.
QnA
- Q: Adakah pengganti plastik wrap yang tetap terlihat fancy tapi ramah lingkungan?
A: Ada, kain tile dapat digunakan sebagai alternatif plastik wrap - Q: Bagaimana mengedukasi pembeli agar secara sukarela menerapkan zero waste?
A: Dapat memberi tahu secara baik-baik, memberikan insentif/diskon bagi pelanggan yang membawa wadah sendiri dan memberikan pesan hijau pada produk yang dijual. - Q: Bagaimana mengenalkan gaya hidup zero waste kepada pimpinan atau owner tempat kita bekerja?
A: Kita dapat melakukan dari diri sendiri terlebih dahulu, dan tetap mengedukasi dengan cara yang baik kepada pimpinan atau rekan kerja. - Q: Bagaimana membuat kemasan ramah lingkungan?
A: Salah satunya bisa menggunakan besek, selain itu pengirimannya dapat disiasati dengan menggunakan sepeda agar lebih less carbon - Q: Bagaimana trend masyarakat kita terhadap konsep gifting yang ramah lingkungan?
A: Saat ini sudah mulai banyak orang-orang yang berkesadaran untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, terlebih lagi dalam pemberian hantaran/gifting