Kali ini kami memiliki kesempatan untuk berbincang dengan mbak Deasi, the mom behind Green Mommy Shop. Saat kita masih “tidur” dan menikmati budaya kapitalis dan konsumerisme, jauh sebelum zerowaste.id berdiri, mbak Deasi bersama suaminya telah berkomitmen untuk hidup secara ‘green’. Seluruh angle dari konsep sustainability dijalani oleh mbak Deasi. Termasuk hidup berkelanjutan dengan memproduksi segala yang dikonsumsi sendiri dan menganut konsep circular economy di rumahnya.
Mbak Deasi saat ini tinggal di sebuah desa remote di Malang yang dikelilingi dengan tanah luas dan berbatasan dengan swaka alam Tengger dimana dapat diberdayakan dan memudahkan untuk menjalani gaya hidup yang mbak Deasi dan keluarganya pilih. Apa yang mbak Deasi lakukan untuk dunia sangat berharga dan menginspirasi kita semua yang hidup di lingkungan urban. Bahwa kita harus mencari cara yang sesuai dengan apa yang kita percayai dan walk the talk. Akan selalu ada caranya dan dengan niat, semuanya pasti dimudahkan.
Hingga sekarang sudah ada 300 produk natural yang GMS produksi sendiri dengan bahan-bahan lokal dan formulasi tradisional yang simple. Semua dimulai dengan concern terhadap sustainability, minim carbon footprint supaya nggak cuma sehat dan cantik tapi juga baik untuk alam.
Gimana cerita di balik Greenmommy Shop (GMS) berdiri?
GMS ini sudah hampir satu dekade. Awalnya, dari dilema pribadi dan keluarga. Dimulai dari blog wordpress yang saya tulis sendiri yang menggelitik perempuan Indonesia dengan subjek kecantikan. Jaman dulu ngeblog nggak se-efektif sekarang, harus dibarengin dengan contoh. Sambil ngeblog sambil jualan karena orang masih nggak ngeh dengan green lifestyle dan tidak mudah untuk mengerti. Sharingnya dari yang paling mudah, yaitu sabun sebagai contoh riil-nya. Dengan mengambil angle dari produk dan blog. Semuanya dulu adalah homemade recipe dan hasil research sendiri. Akhirnya sekarang sudah ada lebih dari 300 produk.
Bagaimana tanggapan keluarga mengenai konsep hidup ini?
Saya dan suami sudah memiliki visi misi yang sama dari sebelum menikah. Dari cerita member GMS di facebook yang sudah mencapai 2000, struggle-nya real, salah satu pasti ada yang concern dan yang satunya lagi lebih cuek. Kalau sudah seperti itu memang harus sabar dan memberi contoh.
Bagaimana proses kreatif dan ide dari produk yang mbak Deasi jual di GMS?
Kebetulan suami saya dokter – natural medicine dan Chinese medicine doctor. Jauh sebelum saya membuat formula, dari awal nikah suami saya sudah aktif di masalah sustainability, aktif di organisasi hijau internasional. Dari awal pernikahan, hidup udah start dengan visi dan misi yang sama. Karena suami memiliki latar belakang medicine, saya jadi tertarik belajar lagi botani, homeopati dan herbologi, bahkan sebelum GMS sudah bikin DIY sendiri di rumah. Semuanya dimulai rumah, dari apa yang kita perlukan. Dan karena semuanya terbuat dari bahan natural, nggak akan ada efek samping kecuali alergi yang setiap orang punya masing-masing
Gimana meyakinkan orang-orang dengan benefit dari gaya hidup green dan dengan produknya mbak Deasi?
Simpel sih, karena kita ngerjain semuanya sendiri. Nggak ada tim marketing dan lain-lain. Yang disharing adalah cara hidupnya. Dari pribadi sendiri kemudian teman dan keluarga melihat. Kami nggak pernah berusaha meyakinkan orang terutama jaman dulu orang merasa aneh dan nggak nyaman dengan gaya hidup seperti itu. Jadi orang lain hanya melihat konsistensi. Anak pertama yang 18 tahun homeschool, orang-orang pada nanya, kasian anak-anak nggak bisa a,b,c,d, setelah sekarang semuanya besar, semuanya setuju atas pilihan yang saya ambil. Kemudian saya alhamdulillah banyak dapat pujian karena diumur saya ini masih belum ada kerutan, nggak ada flek, berat juga stabil. Jadi GMS itu words of mouth, karena we walk the talk. Orang yang tadinya punya doubt jadi terjawab semua.
Bagaimana keseharian mbak Deasi dan keluarga?
Kami sempat mengkonsumsi raw food, sempat juga vegetarian, kemudian vegan. Sekarang setiap harinya vegan, sesekali makan ikan lele yang ditangkap sendiri dari belakang rumah atau kadang bikin feta cheese meski untuk sementara susu dari kambing yang kita pelihara belum mencukupi tapi ingin hingga kesana kedepannya. Basically, mindful living. Kita berusaha konsumsi sesuatu yang kita tahu kita bisa responsible dengan produksi makanan itu dan juga sehat. Kita memilih yang kita grow ourselves. Kadang pengen juga makan burger, kita beli daging dari butcher local yang kita percaya, tapi bun-nya bikin sendiri, semuanya bikin sendiri. Konsumsi barang-barang dari luar sudah hampir nggak bahkan kalau ke supermarket bingung mau beli apa.
Bagaimana dengan kehidupan mbak sebelum pindah ke remote village ini?
Dulu 2 anak pertama tinggal di KL, udah terekspos dengan big city life, tapi tetap berusaha dari rumah mendidik anak-anak dan kita sendiri untuk melakukan apa yang kita bisa. Semuanya dimulai dari rumah, di rumah kami tidak lagi menggunakan chemical products. Anak-anak pun tau dengan jajanan konvensional tapi tidak pernah ingin mencoba karena dasar pendidikan di rumahnya kuat. Jadi mereka keluar nggak kaget, tanya iya, tp nggak pengen. Kami juga tidak memiliki kendaraan bermotor, kalau naik kendaraan, anak-anak nggak senang dengan bau sintetis dari jok mobil. Saat ini, hidup normal untuk kami ya seperti ini.
Untuk mbak Deasi, what is enough dan what is happiness?
Stay 100% di farm, sekarang masih 50-50 karena shop masih di kota. Setiap step kehidupan I am enjoying every moments of it. Kita punya goal kehidupan yang udah nggak muluk-muluk, nggak stress dan anxious dengan dunia. Duniawi udah nggak dipikir sama sekali. Itu tools but it doesn’t matter anymore.
Kalau dilihat, role mbak Deasia da banyak sekali, ya ibu, istri, guru, pebisnis, farmer, homesteader, blogger, pembuat natural products, dan masih banyak lagi, gimana cara mbak Deasi membagi waktu?
Di awal baru nikah, we had a clear mission where this family would go. Bagi waktu, bikin schedule adalah hal yang kami selalu lakukan. Saya belajar untuk scheduling, punya prioritas mana yang harus dilakukan. Delegasi dan membagi pekerjaan juga penting. Saya lumayan strict dalam membuat to do list dan mengalokasikan waktu. Anak-anak juga kita ajarin untuk lebih mandiri. Kalau lagi sibuk ya bagi-bagi tugas, mengikutsertakan anak-anak di dalam rencana. Juga harus selalu konsisten! That’s the only secret. Peran suami juga sangat besar dalam hal ini.
Untuk anak-anak atau ibu-ibu bapak-bapak urban, apa tips-nya untuk memulai ?
Mulailah dari yang ngerasa paling bermasalah. Find the pain point and start from there. Juga cari yang paling mudah. Banyak yang mikir hidup seperti ini pasti mahal padahal nggak. Angle sustainability itu sangat luas. Ada green lifestyle, zerowaste, mindful eating, dll. Bisa mulai dari salah satu. Cari tau dulu apa sustainability itu.
Menurut saya untuk orang urban yang paling mudah adalah ketahanan pangan. Paling mudah dilakukan dan bisa ngenain banyak diseklilingnya. Bukan hanya soal menanam sendiri, tapi bisa juga care dengan hasil produksi, nggak menciptakan foodwaste, bring organic life back, composting.
Buat kalian yang tertarik menjadi member GMS, bisa join facebook page atau bisa email di greenmommyshop atau main ke blog mbak Deasi di sini. Atau buat kalian yang pengen ngintip produk-produk yang dijual mbak Deasi di shopnya bisa visit ke online shop-nya. Banyak juga dijual material-material untuk membuat DIY natural produk rumah tangga.
You have to hold yourself accountable for your actions, and that’s how we’re going to protect the Earth. – Julia Butterfly
https://www.youtube.com/watch?v=j3ew2lwLvz4