Kita hidup di masyarakat yang biasa dengan barang-barang sekali pakai, juga seakan-akan kita terpisah dari sampah kita. Marketing dan pasar pun mendorong bahwa manusia perlu terus-menerus membutuhkan banyak barang untuk menjadi bahagia. Tanpa kita sadari, tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan tercemar, dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur ulang. Kita telah mencapai titik di mana gerakan zero waste benar-benar dperlukan untuk menjaga masa depan ekosistem kita.
Saat orang pertama kali mendengar ‘zero waste’, reaksi yang paling sering terdengar adalah “mana mungkin, nggak akan bisa hidup tanpa membuat sampah”. Dan memang benar, di society kita memang tidak mudah untuk tidak membuat sampah. Tidak mudah menemukan makanan tanpa plastik di supermarket walaupun itu sayur dan buah. Kita semua adalah bagian dari aliran limbah ekonomi. Banyak miskonsepsi yang terjadi mengenai zero waste lifestyle yang membuat orang yang mendengar kata itu bertanya-tanya dan bahkan berubah menjadi pesimis.
Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan memakismalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Zero waste juga soal menjauhi single use plastic atau plastik yang hanya digunakan sekali. Tujuannya adalah agar sampah tidak dikirim ke landfill. Jadi zerowaste itu tidak hanya mengenai recycle atau mendaur ulang. Ini miskonsepsi yang umumnya terjadi. Padahal sebenernya zero waste itu dimulai dari Refuse, Reduce, and Reuse. Saat benar-benar sudah tidak memungkinkan untuk 3 hal tadi, baru dilakukan Recycle dan Rot.
Intinya zero waste menantang kita semua untuk mengevaluasi gaya hidup kita dan melihat bagaimana sesuatu yang kita konsumsi bisa berdampak negatif terhadap lingkungan. Kenyamanan yang berbentuk dengan produk murah, material yang tidak bisa didaur ulang merusak kesehatan planet kita dan berkembangnya manusia dan spesies hewan di seluruh dunia. Bea Johnson dari Zero Waste Home mempopulerkan 6 R ini: “Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di dalam bahasa indonesia “Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur Ulang, Membusukkan.”. 5R ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya hidup tanpa limbah sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
Tidak ada kata sempurna dari zero waste lifestlye dan ketidaksempurnaan ini jangan dijadikan alasan untuk tidak memulainya. Jangan juga saling menjudge satu sama lain saat mereka mengklaim berhidup zero waste tapi masih menggunakan plastik, mungkin mereka sedang mencoba. Zero waste bukanlah tujuan, tapi proses. Dan mari kita bersama-sama menjalani proses ini.
Pada akhirnya, gaya hidup sampah zero waste dimulai dengan keinginan untuk mengubah kebiasaan konsumsi dan berinvestasi di masyarakat demi masa bumi dan anak cucu kita. Jika kalian ingin menjadi bagian dari gerakan ini, cari tahu cara memulainya disini . Kalian juga dapat mengunduh ZERO WASTE HANDBOOK disini. Atau kalian bisa mengikuti 30 Days Zero Waste Challenge disini.
A JOURNEY OF 1,000 MILES BEGINS WITH A SINGLE STEP.”
-Lao Tzu