Sustainable clothing mengacu pada kain yang berasal dari sumber daya yang ramah lingkungan, seperti tanaman serat yang ditanam secara berkelanjutan. Selain itu juga mengacu pada bagaimana kain-kain ini dibuat. Sadar lingkungan terhadap clothing berarti (1) membeli pakaian dari toko barang bekas atau toko-toko yang menjual pakaian bekas, atau (2) menyumbangkan pakaian bekas ke toko-toko, untuk digunakan kembali atau dijual kembali. Di zaman modern, dengan tren yang semakin menonjol soal sustainability dan menjadi ‘hijau’, sustainable clothing telah berkembang menuju (1) mengurangi jumlah pakaian yang dibuang ke tempat pembuangan sampah, dan (2) mengurangi dampak lingkungan agro-kimia dalam memproduksi tanaman serat konvensional. (source: wikipedia)
Walaupun kita berusaha untuk menjadi konsumen yang tidak dengan mudah membeli sesuatu, tapi ada masanya kita membutuhkan. Saat kita perlu membelinya, investasikan di material dan kualitas yang baik. Kualitas baik saja tidak cukup, kita perlu melihat juga dari sisi sustainability-nya. Ribet? Iya dan tidak. Kata Teh Siska dari Zerowaste adventure, “perlu melewati proses ribet dulu untuk menjadi mudah”. Kain/material dari baju bisa memiliki dampak yang berbeda pada lingkungan. It’s time have different approach of shopping, opt for a better and more sustainable materials. Di bawah ini adalah guide untuk material yang common digunakan sebagai bahan pakaian.
Linen (Good)
Linen adalah kain nabati yang terbuat dari rami yang bisa ditanam di medan kasar yang tidak cocok digunakan sebagai produksi makanan. Linen dapat dibudidayakan dan diproses tanpa bahan kimia, meskipun ini lebih umum ditemukan di Eropa. Linen juga kelihatan paling bagus saat sedikit lungset, jadi manfaatnya jadi menghemat listrik untuk menyetrika.
Nylon dan polyester (Not OK)
Terbuat dari bahan petrochemicals, kain ini bersifat sintetis dan tidak dapat terurai. Pembuatan nilon menciptakan nitrousoxide, gas rumah kaca yang 310 kali lebih kuat daripada karbondioksida. Membuat polyester menggunakan sejumlah besar air untuk pendinginan, bersama dengan pelumas yang dapat menjadi sumber kontaminasi. Kedua proses ini sangat menghabiskan energi.
Rayon (viscose) (Not OK)
Ini adalah kain buatan (artificial), terbuat dari wood pulp – kayu yang sudah dipotong kecil-kecil dan dihancurkan. Dari luar terlihat sustainable karena dari kayu. Tapi nyatanya untuk membuat rayon, wood pulp diperlakukan dengan bahan kimia berbahaya seperti caustic soda dan sulphuric acid. Di dalam prosesnya pun membutuhkan jumlah air yang banyak. Kain untuk pakaian rayon yang dibuat di China kemungkinan berasal dari Indonesia, di mana hutan hujan dihancurkan untuk dijadikan bambu, ditanam khusus untuk pembuatan tekstil. Jika kain diproses secara mekanis, bukan secara kimia, ia memiliki dampak yang jauh lebih kecil, tetapi lebih sulit ditemukan dan lebih mahal.
Cotton (Better if it’s organic)
Walaupun cotton terhitung serat alami, namun serat alami memiliki masalahnya sendiri juga. Cotton adalah tanaman yang paling intensif pestisida, dimana pestisida itu melukai dan membunuh banyak orang setiap tahun. Dalam proses pertumbuhannya juga membutuhkan lahan pertanian yang besar juga air yang sangat banyak, yang sebagian besar dibutuhkan oleh penduduk setempat untuk menanam makanan mereka sendiri. Pengembangan kapas modifikasi genetika menambah masalah lingkungan di tingkat lain. Sedangkan organic cotton adalah masalah lain, organic cotton tidak memiliki chemical effect sebanyak cotton biasa. Organic cotton garments are likely to be free from chlorine bleaches and synthetic dyes, juga tidak menggunakan pestisida. Tapi kalau mau dicari minusnya adalah organic cotton cenderung membutuhkan lebih banyak lahan karena hasil panen berkurang.
Wool (Better if it’s organic)
Jika kalian merasa nyaman dengan fakta bahwa wol adalah produk hewani, ini bisa menjadi pilihan yang ok. Wol itu tangguh, tahan kerut, tahan banting (yang berarti bagus dalam mempertahankan bentuk aslinya). Bahan ini bisa diwarnai dengan mudah, tanpa perlu menggunakan bahan kimia. Masalah terbesar dengan wol adalah emisi metana dari domba yang bersendawa atau dari gas dan kotorannya. Diperkirakan 50 persen jejak karbon wol berasal dari domba itu sendiri, dibandingkan dengan industri kain lainnya yang emisi lebih besar berasal dari proses produksi kain. Kalau mau pilihan yang lebih baik adalah organic wool. Mereka diproduksi menggunakan praktek pertanian berkelanjutan dan tanpa toxic sheep dips.
Hemp atau rami (Good)
Hemp, sama seperti bambu yang bisa dikategorikan dalam sustainable crop. Untuk menumbuhkannya memerlukan sedikit air. Daun lebar tanaman rami menaungi gulma dan pesaing tanaman lainnya, dan sistem akar tunggangnya memungkinkannya untuk menarik kelembapan jauh di dalam tanah. Tidak seperti kapas, banyak bagian tanaman rami yang digunakan. Biji rami, misalnya, diolah menjadi minyak atau makanan. Dibandingkan dengan serat kapas, serat rami sekitar 8 kali kekuatan tarik dan 4 kali daya tahan.
Polyester (NOT OK)
Polyester biasa terbuat dari minyak bumi, yang merupakan produk sampingan dari minyak olahan, dan jauh dari ramah lingkungan. Polyester juga akan butuh lama sekali untuk hilang dari muka bumi. Meskipun masih membutuhkan pemrosesan yang berat, perusahaan kini menemukan cara untuk membuat polyester dari botol plastik daur ulang atau bahkan kain polyester daur ulang. Kalau mau menggunakan polyester, gunakan recycled polyester. Seperti hi-tech fleece jackets yang terbuat dari botol minum recycle, contohnya seperti outdoor fleece products dari Patagonia.
Silk/ Sutera (OK)
Sutera pada dasarnya alami karena dibuat oleh cacing sutra, bukan pengolahan sintetis berbasis kimia. Namun kelemahannya adalah untuk vegan, karena untuk mendapatkan serat sutra, cacing sutra dilemparkan ke dalam tong berisi air mendidih setelah kerja keras mereka selesai. Jika itu tampak kejam, carilah sutra vegan (selalu diberi label dengan jelas). Sutera semacam ini terbuat dari cacing cacing yang dikumpulkan hanya setelah ngengat muncul dan pindah.
Intinya, ketika berbelanja pakaian lakukan dulu research, atau berbelanja di toko barang ramah lingkungan dan memiliki reputasi baik. Banyak perusahaan yang menjual produk yang merupakan campuran katun organik, yang berarti itu juga bisa mengandung polyester.
Ketika kita menjadi lebih akrab dengan bahaya pengiriman tekstil lama ke TPA, dan seiring berkembangnya teknologi recycle, dapat diantisipasi bahwa industri recycle tekstil akan terus tumbuh. Industri fashion yang cepat menghasilkan polusi yang cukup besar dan dampak negatif yang cukup besar terhadap perubahan iklim. Konsumen dapat membantu mempengaruhi perubahan dengan memilih pakaian yang bertahan lebih lama dan yang menunjukkan komitmen untuk mengurangi dampak perubahan dunia.
WHAT TO DO?
Pilihlah kain organik bila memungkinkan. Sedikit lebih mahal, yang artinya kita akan mempunya baju secukupnya saja. Kita harus membebaskan diri dari mentalitas fast fashion dan mengembalikan slow fashion sebagain sesuatu yang normal.