Sampah makanan menjadi salah satu isu global yang menjadi pusat perhatian masyarakat dunia. Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa sekitar 33% hingga 50% makanan yang telah diproduksi, tidak dikonsumsi dengan semestinya. Setiap tahunnya, kita membuang 1/3 dari semua produksi pangan global, dengan sisa konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dari total pemborosan pangan ini.
Saat kita membicarakan mengenai food waste, sepertinya memang hanya yang terlihat saja yang menjadi permasalahan (limbah makanan), namun sebetulnya banyak hal lain yang terbuang dan dikorbankan.
Did you know?
Pada tahun 2020-2045, sampah makanan diperkirakan mencapai hingga 112 ton per tahunnya (Sumber: Bappenas). Sedangkan sampah makanan ini menambah emisi gas rumah kaca yang berpengaruh besar terhadap perubahan iklim.
Sebetulnya apa sih Food Waste itu? Sisa/ limbah pangan sendiri terbagi menjadi 2 yaitu Food Loss dan Food Waste.
Lalu dimana kita dapat berkontribusi? Perlu adanya penerapan dan upaya yang dilakukan bersama-sama untuk mengurangi dan bahkan menyelesaikan permasalah tersebut. Dari individu, organisasi maupun bisnis perlu berjalan beriringan dalam dalam meningkatkan kesadaran dan melakukan tindakan nyata.
Sebagai individu, banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan mengurangi food waste. Kita bisa lihat dari data timbulan sampah dimana 40% berasal dari sisa konsumsi rumah tangga (sampah organik).
Kita bisa mengikuti Food Recovery Hierarchy di bawah
Nomor satu yang paling prioritas adalah dari pola dan cara mengkonsumsi makanan, seperti:
1. Bagaimana kita memilih bahan makanan
Kita bisa mulai memilih imperfect food (yang tidak terlihat cantik namun masih dapat dikonsumsi). Imperfect food ini memiliki potensi besar terbuang dan menjadi food waste karena tidak ada yang mau membelinya.
2. Bagaimana cara kita menyimpannya
Seperti dengan tidak mencampur buah dan sayuran, mengalasi kain untuk sayur-sayuran atau cabe yang telah dicuci sebelumnya, menyimpan susu dan telur di laci bukan di pintu, atau memilih kulkas dengan fitur yang dapat membantu menyimpan makanan secara lebih lama efisien.
3. Menentukan bahan makanan yang mau dibeli
Dampak lingkungan dapat terjadi karena proses produksi. Daging-dagingan menghasilkan CO2 paling tinggi sedangkan yang paling rendah itu kacang-kacangan dan sayur-sayuran. #BanyakinSayurnya
4. Membuat cooking plan/ meal plan sehingga tidak berlebihan saat berbelanja
Rencana memasak mingguan sangat penting untuk dimiliki sebagai basis kita untuk berbelanja, sehingga berbelanja akan menjadi cukup dan dihabiskan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
5. Mengambil makanan di piring secukupnya dan menghabiskannya.
Meskipun terkesan sepele, namun masih banyak dari kita yang secara tidak sadar menyisakan dan memilih-milih makanan. Kita bisa mulai dari mengambil makanan secukupnya dan jika kita ada di tempat dimana kita tidak dapat mengambil sendiri, maka kita selalu bisa request untuk menyedikitkan porsinya atau tidak menggunakan bahan yang tidak kita suka.
6. Memasak dengan alat yang baik
Yang dapat membantu kita untuk mendapatkan nutrisi maksimal dan mengurangi makanan terbuang sia-sia karena pengolahan yang salah.
Zero Waste Indonesia bersama Electrolux ingin menciptakan pola makan masyarakat yang lebih sadar dan sikap penuh perhatian terhadap makanan — dari saat makanan diproduksi, hingga disajikan di meja perlu ditanamkan. Terlebih dalam mengevaluasi kembali hubungan dengan makanan, dan bertanggung jawab untuk membuat pilihan yang lebih bijaksana sebagai konsumen. Karena ketika kita menghargai dari mana makanan kita berasal, kita mulai melihat makanan sebagai sumber daya yang tak tergantikan — mengubah cara kita menangani bahan-bahan kita di dapur, dengan belajar cara memasak, makan, dan menyimpannya dengan lebih efisien.
Kita dapat berdaya dari rumah dan memperlambat perubahan iklim dari isi piring kita. Kalian bisa mengikuti gerakan #BanyakinSayurnya dari rangkaian kampanye #MakeItLast dari Electrolux Indonesia.