Pernahkah kamu mendengar istilah ecobrick? Pada artikel sebelumnya, ZWID pernah membahas tentang ecobrick. Beberapa tahun terakhir, ecobrick mulai menjadi perhatian para pegiat minim sampah sebagai salah satu langkah untuk menyelamatkan bumi. Namun, banyak masyarakat yang masih belum familiar dengan ecobrick. Oleh sebab itu, ZWID bersama dengan Global Ecobrick Alliance membuka kelas bimbingan online untuk teman-teman ZWID yang ingin memulai ecobrick.
Program bimbingan online ecobrick #kelolalimbahmasker digelar selama dua pekan, yaitu pada tanggal 19 dan 27 Juni 2021. Bimbingan juga dilakukan melalui WhatsApp Group bagi peserta yang memiliki pertanyaan atau ingin berkonsultasi perihal projek ecobrick yang dilakukan sepanjang acara.
Acara dibuka oleh Kak Maurill, sebagai Founder and Head of Digital Activation Zero Waste Indonesia. Setiap tahun ZWID mengangkat topik besar untuk dikampanyekan. Tahun lalu, ZWID mengkampanyekan tentang Food Waste. Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap topik Food Waste sungguh luar biasa. Banyak sekali teman-teman yang ikut bergabung dan menyebarkan kampanye Food Waste di social media.
Tahun 2021, ZWID mengangkat topik tentang limbah medis. Terlebih tahun ini, pandemi belum berakhir sehingga penggunaan masker, sarung tangan dan limbah medis lainnya masih tinggi. Faktanya dilapangan, banyak masyarakat yang belum tau kemana perginya limbah medis tersebut.
Narasumber sekaligus pembimbing program ecobrick online kali ini yaitu mas Aang Hudaya, S.Pt., Master Trainer Global Ecobrick Alliance. Beliau juga Founder Bogor Ecobrick Community sehingga semangat minim sampah ini membuatnya terus berupaya untuk berbagi pengalamannya tentang ecobrick. Menurut mas Aang, ecobrick merupakan salah satu alternatif dalam pengelolaan sampah anorganik. Ecobrick juga bisa menjadi solusi pengelolaan limbah medis yang sebagian besar berbahan plastik sekali pakai.
Dalam pembukaannya Mas Aang memaparkan pengalamannya sepanjang memulai zero waste lifestyle. Salah satunya yaitu keprihatian beliau tentang perjalanan plastik sekali pakai. Meskipun saat ini banyak pabrik pengolahan plastik daur ulang namun tidak banyak jenis plastik yang diterima. Misalnya saja, plastik lembut yang diterima hanya 2 jenis yaitu kantong kresek dan plasti PE atau plastik bening, selebihnya ditolak. Sementara plastik yang dikonsumsi dan beredar sangat banyak jumlahnya sehingga perlu dicari alternatif yang tepat untuk pengelolaan plastik tersebut.
Mas Aang menekankan, secara personal idealnya kita bisa melakukan solusi tanpa bergantung kepada siapapun atau dikenal dengan solusi lokal.
Plastik digunakan dalam banyak aktivitas dengan berbagai alasan seperti tahan air, murah, mudah didapat, praktis dan lainnya. Berikutnya plastik akan dibuang, dibakar atau bahkan ditimbun. Dampaknya akan meracuni bumi, udara dan air. Kita bisa melakukan langkah bijak yaitu dengan mengamankan plastik dengan cara memilah dan mengepak dalam botol atau disebut ecobrick yang dapat digunakan berulang-ulang bahkan dalam jangka panjang.
Sekilas tentang Asal-Usul Plastik
Tak kenal maka tak sayang! Hal ini juga berlaku untuk gerakan minim sampah plastik. Akan terasa sangat sulit untuk memulai jika kita tidak mengetahui asal-usul plastik dan kondisi lingkungan kita.
Mas Aang menjelaskan, mikroorganisme dan mahkluk hidup yang hidup pada ratusan juta tahun lalu kemudian mati dan terkubur dalam jangka waktu lama dan terpadatkan akan menyimpan karbon dan menjadi minyak bumi.
Minyak bumi dihasilkan secara alami oleh bumi untuk menjaga keberlangsungan hidup. Namun, dengan kemajuan teknologi manusia mengambil minyak bumi dan diproses untuk menjawab kebutuhan manusia kemudian diproses dan menjadi bahan bakar. Sementara, sisa pemrosesan tersebut dimanfaatkan untuk memproduksi produk berbahan plastik seperti kantung plastik, botol plastik, sisir plastik, dan lainnya.
Namun pernahkan kita berpikir, kemana perginya plastik-plastik tersebut? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab “kan bisa didaur ulang!” tetapi apakah kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di pabrik daur ulang tersebut?
Sebuah botol minum plastik yang didaur ulang akan menjadi produk yang lebih rendah kualitasnya. Artinya, botol plastik ini dalam beberapa siklus daur ulang tidak bisa didaur ulang lagi dan akan berakhir di lingkungan. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Apa yang kamu rasakan melihat gambar diatas? Sangat memprihatinkan. Apakah kamu akan membiarkan kondisi ini terus terjadi berlarut-larut?
Semoga penjelasan Mas Aang bisa membuka wawasan dan kepedulian kita terhadap bahaya plastik sekali pakai dan daur ulang. Kita bisa segera mengambil peran untuk menyelamatkan bumi dengan cara:
- Mengurangi konsumsi plastik
- Hindari plastik sebisa mungkin
- Gunakan bahan-bahan terurai organik
- Membuat ecobrick
Inilah alasan mengapa ZWID mengangkat topik ecobrick. Lantaran ecobrick merupakan salah satu cara belajar dari alam dengan upaya melakukan transisi plastik untuk mengamankan plastik agar tidak masuk ke lingkungan atau alam.
Bagaimana membuat ecobrick? Apa saja bahan dan alat yang harus disiapkan? Dan bagaimana tahapannya? Di program ecobrick online ini lah peserta akan dibimbing oleh Mas Aang selama dua kali pertemuan termasuk di WhatsApp Group.
Besar harapan ZWID, lepas program bimbingan online ecobrick ini, seluruh peserta dapat menerapkan dan mengajak ecobrickers lebih banyak lagi. Apakah kamu tertarik untuk belajar lebih dalam tentang ecobrick?
View this post on Instagram