Sadarkah kita bahwa anggota keluarga terimut yang ada di rumah, jadi sumber timbulnya potensi sampah terbesar kedua di laut?! Ya pemakaian popok sekali pakai (pospak) yang bertujuan memudahkan dan memberi kenyamanan bagi ibu serta anak, justru jadi masalah baru di tempat lain. Tidak hanya masalah pencemaran lingkungan tapi juga berdampak langsung bagi masalah kesehatan.
Faktanya seperti yang dilaporkan Mongabay, popok sekali pakai menjadi penyumbang sampah terbanyak kedua di laut, yakni 21% menurut riset Bank Dunia pada 2017. Di peringkat pertama ada sampah organik yang besaran angkanya mencapai 44%. Selain itu, ada pula tas plastik (16%), sampah lain (9%), pembungkus plastik (5%), beling kaca dan metal (4%), serta botol plastik (1%).
The Guardian mencatat sebanyak 3 miliar dan 20 miliar popok sekali pakai dibuang di Inggris dan Amerika setiap tahunnya. Adapun Australian Science melaporkan bahwa penduduk Australia menggunakan 5.6 juta popok sekali pakai setiap harinya. Sumber yang sama mengatakan bahwa 2 miliar popok sekali pakai dibuang ke tempat pembuangan sampah di Australia setiap tahunnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Data menyebutkan tidak jauh berbeda dengan negara lainnya. Mitos suluten yang kerap beredar di masyarakat pulau Jawa (khususnya) menjadikan aliran sungai penuh dengan sampah pospak. Seperti yang dinyatakan Prigi Arisandi, Direktur LSM Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), bahwa sampah popok juga menjadi persoalan sungai-sungai yang terletak di pulau Jawa. Ia menjelaskan bahwa sampah popok ditemukan di sungai besar seperti Kali Brantas, Bengawan Solo, Citarum, dan Progo. Di Sungai Brantas, Ecoton memperkirakan sebanyak 3 juta popok sekali pakai dibuang warga ke kali setiap hari.
Bahan dasar popok sekali pakai 55% terbuat dari material plastik yang butuh waktu lama hingga ratusan tahun untuk terurai alami. Belum lagi kandungan 42% senyawa kimia Super Absorbent Polimer (SAP) yang membuat daya serap pospak begitu cepat karena berubah jadi gel saat tersentuh air. Senyawa ini dapat menyebabkan perubahan hormon pada ikan jika terurai dalam air.
Lalu sebaiknya apa yang bisa ZW warrior lakukan untuk mengurangi potensi limbah pospak?
Makin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pencemaran lingkungan, makin banyak pula inovasi yang dilakukan sebagai solusi dari masalah ini. Seperti yang dilakukan oleh oleh Puskesmas Pulowijen, Malang yang membuat komunitas Rumah Diapers. Rumah diapers memberikan edukasi tidak hanya pada warga sekitar tapi juga melalui literasi daring bahwa pospak bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk untuk keperluan tanaman di rumah.
Bagaimana mengolah sampah pospak?
▪️ Gunting bagian dalam diapers mengikuti pola
▪️ Keluarkan hidrogelnya (bagian yang menyerap cairan)
▪️ Hidrogel bisa langsung dicampur tanah dan dipakai sebagai pupuk tanaman
▪️ Lapisan luar diaper (yang sudah tidak ada hidrogelnya) bisa dibersihkan, cuci, lalu jemur. Lapisan ini bisa dijadikan berbagai macam kreasi
Sebagai catatan pospak bekas BAK (Buang Air Kecil) bisa untuk semua tanaman. Pospak bekas BAB (Buang Air Besar) hanya untuk tanaman hias saja. ZW warrior bisa melihat video pengolahannya di bawah ini.
Meski keliatan cukup mudah untuk dilakukan di rumah, tapi dibutuhkan energi dan niat yang luar biasa untuk mengolah pospak. Tapi ini adalah bentuk tanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan. Jika merasa berat untuk mengolahnya cara paling baik ya mencegah pospak dengan beralih ke cloth diaper 😆
Saluran Donasi Pospak
Saat ini sudah ada juga brand, komunitas, atau perusahaan pengelola limbah yang menunjukkan kepeduliannya dengan membuka saluran donasi sampah pospak untuk mereka daur ulang kembali dimanfaatkan menjadi bahan dasar batako, pot tanaman atau kreasi lainnya. Seperti misalnya brand Mer**s yang bekerjasama dengan Guna Olah Limbah atau juga komunitas di Banyuwangi Popoku_Berkah.
Meski begitu sebaiknya ZW warrior berpikir berulang kali jika ingin menyalurkan pengolahan sampah pospak kepada pihak lain “Apakah kita cukup bertanggung jawab menyerahkan masalah sendiri kepada orang lain untuk menyelesaikannya?”
Mari mulai menanamkan pola hidup berkesadaran kepada anak kita sebagai generasi mendatang, dengan mengolah sampah pospak sendiri dan beralih memakai popok kain (cloth diaper) yang bisa dipakai berulang kali.